Suara.com - UNICEF Indonesia mengungkapkan fakta menyedihkan bahwa 1 dari 6 siswi tidak masuk sekolah saat menstruasi. Hal ini bukan hanya karena rasa sakit, tetapi juga karena sanitasi toilet sekolah yang tidak memadai sehingga tidak mendukung kebersihan dan kenyamanan selama menstruasi.
Muhammad Zainal, Spesialis Air, Sanitasi, dan Kebersihan (WASH) UNICEF Indonesia, mengungkapkan hasil penelitian tahun 2015 yang dimasukkan dalam buku saku manajemen kebersihan menstruasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Menurut Zainal, situasi ini sangat disayangkan karena dapat membuat siswi tertinggal pelajaran. Menstruasi menjadi alasan mereka bolos, bukan hanya karena nyeri tetapi juga karena kondisi toilet yang tidak nyaman.
"Seperti nyeri haid (dismenore), sedangkan sekolah tidak menyediakan obat pereda nyeri, tidak adanya jamban yang layak di sekolah, tidak tersedianya air untuk membersihkan diri dan rok yang ternoda darah, tidak tersedianya pembalut cadangan ketika dibutuhkan, dan tidak tersedianya tempat sampah dan pembungkus untuk membuang pembalut bekas," terang isi buku saku yang dirilis pada 2017 silam.
Baca Juga: Mitos atau Fakta: Ganti Pembalut Harus Setiap 2 Jam Sekali untuk Cegah Iritasi?
Dalam acara kampanye Generasi Bersih Sehat Wings for UNICEF bersama Soklin, Zainal memaparkan pentingnya pihak sekolah memperhatikan kenyamanan siswi saat menstruasi, karena hal ini berkaitan dengan privasi perempuan yang baru beranjak remaja tersebut.
Apalagi jika kebersihan menstruasi tidak bisa diterapkan secara baik, dengan cara memperhatikan sanitasi air bersih di toilet sekolah, para siswi akan rentan terkena infeksi penyakit.
"Tidak masuk ke sekolah karena menstruasi, ini karena sekolah tidak memberikan hal yang dibutuhkan privasi saat mereka melakukan praktik yang mendukung menstruasi," jelas Zainal di Jakarta Selatan, Kamis (13/6/2024).
Tersedianya air bersih di toilet sekolah menurut Zainal, dampaknya sangatlah luas. Bukan hanya membuat periode menstruasi siswi jadi lebih nyaman, sehingga tidak ada alasan membolos.
Tapi juga bantu mencegah dan mengatasi berbagai penyakit yang rentan dialami siswa di sekolah. Beberapa ancaman kesehatan karena sanitasi yang buruk di sekolah yakni dehidrasi, diare, pneumonia hingga tifus.
"Saat tersedianya air bersih dan sanitasi yang baik, maka bisa memberikan lingkungan lebih bersih dan aman. Misalnya, tingkat kehadiran siswi perempuan 11 persen lebih tinggi, konsentrasi belajar anak lebih baik. Ini karena tanpa sanitasi yang baik anak-anak lebih tertekan," jelas Zainal.
"Dengan tanpa adanya air bersih di sekolah, maka 1 dari 5 anak di Indonesia tidak ketemu air putih setiap harinya. Anak yang kekurangan asupan air berdampak pada kerentanan penyakit, seperti diabetes, ginjal dan sebagainya. Termasuk juga diare dan pneumonia," sambung Zainal.