Suara.com - Penyakit ain tak asing bagi umat Islam. Apa itu penyakit ain dan bagaimana cara mencegahnya?
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Muslim, penyakit ain ini telah ada sejak zaman Rasulullah.
Mengutip dari NU Online Rasulullah dalam salah satu haditsnya:
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
Baca Juga: 3 Teks Doa Buka Puasa Dzulhijjah Hari Ini, Perhatikan Perbedaannya!
“Ain itu nyata (Haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
Mengenai maknya, ada beberapa arti dari penyakit ain, Syekh Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath al-Bari menjelaskan penyakit ain merupakan pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk mengakibatkan adanya bahaya pada orang dilihatnya.
Al-Munawi dalam kitabnya Faid al-Qadir menjelaskan mengenai penyakit ain yang berasal dari pandangan kepada sesuatu dalam keadaan lali dengan rasa kagum kepadanya atau rasa dengki tanpa disertai berzikir kepada Allah.
Sementara itu, Quraish Shihab menjelaskan ain bukan sebagai penyakit. Melainkan pandangan mata yang kemudian berkembang makna sehingga mencakup segala sesuatu yang terpikirkan secara fokus.
Orang yang memiliki ain biasanya akan diliputi perasaan iri hati serta dengki. Namun bisa juga justru rasa kagum yang terlalu berlebihan.
Baca Juga: Bacaan Doa Menyembelih Hewan Kurban untuk Orang Lain Beserta Tata Cara Penyembelihan yang Sah
Ain dalam Al-Quran
Quran Surat al-Qalam ayat 51 tersirat mengenai adanya ain. Berikut ini bunyinya:
وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُواْ الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengarkan Al-Qur’an dan mereka berkata: ‘Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila’,” (QS al-Qalam: 51).
Ibnu Katsir menyiratkan makna kata pandangan ini disertai dengan kekuatan ain.
Ain Zaman Rasulullah
Quraish Shihab kemudian mencontohkan ain pada masa Rasulullah. Saat itu ada sahabat yang mengagumi seseorang. "Dua orang sahabat Nabi mandi, terus salah satunya terkagum oleh ketampanannya, kemudian yang dikagumi seketika pingsan. Nah, itu namanya kena 'ain. Di sini pandangannya pandangan ketakjuban," katanya dalam tayangan Shihab & Shihab.
Sahabat yang dimaksud merupakan Amir bin Rabiah yang terkesima dengan badan Sahl bin Hanif. Seketika itu Sahl langsung pigsan dan akhirnya memanggil Rasulullah. Setelah meruqyah, Rasulullah bersabda:
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ أَوْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ بِالْبَرَكَةِ فَإِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ
“Ketika salah satu di antara kalian kagum saat melihat dirinya sendiri, barang miliknya atau saat melihat saudaranya, maka doakanlah dia dengan keberkahan, karena ‘ain itu nyata” (HR Nasa’i dan Hakim).
Dampak Ain
Kasus yang menimpa sahabat Rasulullah tersebut menandakan bahanya ain. Bahkan bisa membuat orang sakit, celaka atau bahkan kematian.
Doa Berlindung dari Ain
Rasulullah memberikan doa permohonan perlindungan atas penyakit ain seperti yang diriwayatkan Al-Bukhari:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari semua Setan, Binatang yang beracun dan ‘Ain yang menyakitkan” (HR al-Bukhari).
Quraish Shihab menyarankan untuk melafalkan a'awudz, membaca surat-surat perlindungan (mu'awwidzatain), wiridan, dan beberapa doa yang diajarkan oleh para ulama. Sebagai penangkal dan usaha membentengi diri dari pengaruh-pengaruh negatif.