Suara.com - Tindakan operasi transplantasi jadi salah satu solusi untuk pengobatan gangguan fungsi organ. Hal ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan hidup orang yang menerima transplantasi organ. Prosedur transplantasi organ yang telah dilakukan di Indonesia di antaranya adalah transplantasi ginjal juga hati.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kalau Indonesia juga memiliki tenaga kesehatan yang berkualitas untuk melakukan tindakan transplantasi.
“Kita harus percaya pada bangsa sendiri, bahwa kita memiliki kualitas dokter yang sangat baik dan mampu melakukan transplantasi. Di Kemenkes, kami melakukan upaya untuk kemajuan transplantasi di Indonesia, salah satunya membereskan data registry terkait pasien yang berpotensi atau segera membutuhkan transplan, seperti ginjal, kornea, dan hati," kata Budi dalam siaran pers Transplant Fest 2024.
Budi berharap, tindakan transplantasi di Indonesia terus meningkat dan merata bisa dilakukan di rumah sakit setiap daerah. Meski begitu, Budi juga mengingatkan kalau tindakan transplantasi organ menjadi pilihan terakhir dalam pengobatan.
Baca Juga: Cerita Israel Ambil Organ Tubuh Warga Palestina Tanpa Izin: dari Kulit hingga Katup Jantung
"Meskipun saya yakin dengan kemajuan teknologi transplan kita sekarang, saya tetap ingin mengingatkan bahwa transplantasi itu tetap merupakan pilihan terakhir. Akan lebih baik jika kita menjaga kesehatan kita sebelum terlambat dan harus dilakukan tindakan," tegasnya.
Masyarakat sendiri dirasa perlu paham mengenai tindakan transplantasi. Ketua InaT Dr. dr. Maruhum Bonar H. Marbun, SpPD-KGH., menyampaikan bahwa tindakan transplantasi bisa memberikan harapan baru bagi pasien yang mengalami kegagalan organ sehingga dapat tetap produktif dan memiliki kualitas hidup yang baik tanpa harus memiliki ketergantungan dengan alat medis.
"Selain itu, prosedur ini akan mengurangi komplikasi akibat dari kegagalan organ seperti perdarahan, kejang, anemia, dan infeksi; serta pada pasien hati dapat mengurangi gejala kerusakan hati seperti hilangnya kuning, hilangnya cairan perut dan gejala keracunan akibat kerusakan hati sehingga dapat memberikan harapan hidup lebih tinggi," tuturnya.
Dari perspektif yang lebih besar, tentunya hal ini akan mengurangi beban negara dalam menanggung warga negara yang tidak produktif dan menurunkan health cost secara agregat
Baca Juga: Negara yang Izinkan Donor Ginjal dari Jenazah atau Pasien Mati Otak