Suara.com - Penyakit jantung bawaan dapat terjadi pada 8 dari 1.000 kelahiran, dan terjadi karena kelainan struktur jantung yang muncul sejak bayi masih berada dalam kandungan.
Karena dapat mengganggu kemampuan jantung untuk memompa darah dan menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh, penyakit jantung bawaan dapat mengganggu tumbuh kembang anak, bahkan kemungkinan berakibat fatal.
Lalu, apa yang menyebabkan penyakit jantung bawaan?
Menurut dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K), Dokter Spesialis Penyakit Jantung dan Konsultan Pembuluh Darah Heartology Cardiovascular Hospital, 80% penyakit jantung bawaan tidak diketahui penyebabnya. Tapi, 20% sisanya dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya kelainan genetik, keturunan, hingga paparan selama kehamilan.
"Ada beberapa sindrom yang berkontribusi dalam kejadian penyakit jantung bawaan. Sindrom itu artinya ada gangguan genetik ya. Berikutnya adalah paparan, misalnya bahan kimia, obat-obatan, alkohol, logam berat seperti litium, kemudian bahan-bahan kimia seperti asam valproat," kata dr. Radit ketika ditemui di Konferensi ilmiah CARES 2024 (Cardiac & Vascular Excellence Scientific Updates), Sabtu (1/6/2024).
Menurut dr. Radit, asam valproat salah satunya ditemukan pada obat jerawat yang dipakai oleh ibu-ibu. Dan memang efek sampingnya dilaporkan berhubungan dengan gangguan pada pembentukan jantung pada janin.
"Karena jantung itu sudah sempurna terbentuk kira-kira hari ke-30-an setelah konsepsi, yang mana hari itu orang belum sadar bahwa dia hamil," kata dr. Radit lagi.
Sehingga, menurut dr. Radit, bisa saja di masa itu, perempuan yang belum menyadari dirinya hamil, terpapar asam valproat, sehingga berisiko menyebabkan gangguan pada pembentukan jantung janin.
Selain faktor di atas, lanjut dr. Radit, faktor risiko penyakit jantung bawaan lainnya juga bisa karena keturunan dan pernikahan yang terlambat.
"Penyakit yang diturunkan sekitar 50%. Kemudian juga pernikahan yang terlambat, jadi usia pasangan yang sudah di atas 30 tahun untuk perempuan, di atas 35 tahun untuk laki-laki, itu juga berisiko," katanya.
Meski tak bisa dicegah, penyakit jantung bawaan bisa dideteksi saat ibu hamil dengan fetal echo, yaitu pemeriksaan ultrasonografi terhadap jantung janin yang sedang berkembang.
Meski demikian, fetal echo sendiri belum umum dilakukan di Indonesia. Para ibu hamil saat ini masih lebih familiar dengan USG 3D atau 4 D untuk melihat seluruh badan.
"Namun, fetal echo yang khusus jantung, belum umum di Indonesia, dan orangnya (yang melakukan) juga masih sedikit. Ya ilmu itu terus berkembang, mungkin dalam waktu 5-10 tahun ke depan ini akan menjadi populer," harap dr. Radit.
Selain deteksi saat kehamilan, penyakit jantung bawaan juga bisa dideteksi setelah bayi lahir.
"Saat ini, pemerintah sedang mengupayakan melakukan deteksi dini, dengan mengkolaborasikan dokter spesialis anak dan dokter jantung, untuk bagaimana mempopulerkan cara mendeteksi bayi baru lahir dengan penyakit kecurigaan, penyakit jantung bawaan, yaitu dengan pemeriksaan pos oksimetri, pemeriksaan kadar oksigen darah di tangan kanan dan kaki. Itu kita bisa kerjakan di mana bayi itu lahir, di rumah sakit, klinik bersalin, dan itu diupayakan akan menjadi standar," pungkas dr. Radit.