Suara.com - Seseorang yang terkena penyakit jantung berisiko alami penurunan kualitas hidup. Terlebih bila gangguan fungsi jantung menyebabkan pengidapnya harus lakukan pasang ring maupun tindakan by pass.
Penyakit jantung diketahui menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan peningkatan kasus kematian pada usia muda atau produktif akibat penyakit jantung koroner di Indonesia. Fenomena ini dipicu oleh perilaku gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, faktor genetik, paparan lingkungan, serta peningkatan faktor risiko kesehatan.
“Tidak hanya meningkatkan risiko kematian dini, kelompok usia muda yang mengalami penyakit jantung koroner cenderung merasakan dampak signifikan karena adanya penurunan kualitas hidup, keterbatasan aktivitas fisik, serta meningkatkan risiko komplikasi penyakit lain yang lebih serius. Hal ini turut berdampak pada kesehatan mental dan meningkatkan beban finansial," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Pondok Indah dr. Johan Winata, Sp.JP., dalam diskusi media beberapa hari lalu.
Untuk itu, langkah-langkah pencegahan seperti menerapkan gaya hidup sehat, mengelola faktor risiko, dan secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan diperlukan sebagai upaya deteksi dini dan pencegahan risiko penyakit jantung koroner.
Dokter Johan berpesan, seseorang yang memiliki faktor risiko penyakit jantung sebaiknya punya kesadaran untuk lakukan deteksi dini sejak masih usia produktif melalui medical health check-up rutin.
Faktor risiko yang dimaksud di sini meliputi memiliki riwayat orang tua dengan penyakit jantung, berat badan berlebih, merokok, pola makan tidak sehat, serta sering alami nyeri dada.
Seiring makin maju teknologi kesehatan, deteksi dini kesehatan jantung kini makin canggih dengan menggunan CT Scan 512 Slice with AI untuk memastikan kualitas gambar jantung jelas. Hasil CT scan yang mumpuni itu memudahkan dokter untuk melihat potensi gangguan pada jantung, terutama memastikan kemungkinan sumbatan pada pembuluh darah.
"Pemeriksaan CT Scan berlangsung cepat dan nyaman bagi pasien karena pemindaian hanya membutuhkan waktu 0,23 detik atau 1-beat cardiac (memindai dalam 1 degupan jantung). Hal ini memudahkan pemeriksaan pada pasien dengan aritmia (denyut jantung tidak beraturan). Pemeriksaan CT-Scan kini dapat dilakukan tanpa pasien mengonsumsi obat beta blocker atau penstabil denyut jantung," tutur dokter Johan.
Dokter spesialis radiologi RS Pondok Indah dr. Kanovnegara, Sp.Rad., menambahkan, dengan waktu scan yang singkat juga membuat paparan radiasi jadi lebih rendah. Diakui olehnya bahwa selama ini masyarakat masih banyak yang khawatir terhadap risiko paparan radiasi dari alat MRI.
Akan tetapi, dia menjelaskan kalau dosis radiasi pasti akan tetap ada untuk setiap proses CT scan, karena dasarnya menggunakan teknologi X-ray. Walau demikian, paparan yang dihasilkan jumlahnya relatif sedikit.
Baca Juga: Mengenal Terapi Radiasi Untuk Penderita Kanker: Tujuan dan Efek Samping
"Pemeriksaan dengan The New Revolutionary CT Scan 512 Slice with AI membantu pasien mendapatkan pengalaman scan time lebih cepat, dosis radiasi lebih rendah, dan dosis cairan kontras lebih sedikit. Berbagai keunggulan ini memberikan kesempatan kepada pasien dengan beragam kondisi untuk dapat melakukan pemeriksaan CT Scan dengan lebih nyaman," tuturnya.