Antisipasi Jemaah Haji Sakit Berat, Kemenkes Bawa 62 Ton Obat dan Alkes ke Mekkah

Kamis, 23 Mei 2024 | 19:42 WIB
Antisipasi Jemaah Haji Sakit Berat, Kemenkes Bawa 62 Ton Obat dan Alkes ke Mekkah
Ilustrasi jemaah haji (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sediakan 62,3 ton obat dan alat kesehatan untuk jemaah haji di Mekkah, Arab Saudi. Langkah ini dilakukan demi mengantisipasi warga Indonesia jatuh sakit berat saat menjalani ibadah haji, terlebih di tengah gelombang panas ekstrem atau heatwave yang sedang melanda dunia.

Perlu diketahui, haji adalah ibadah fisik yang menuntut kesehatan yang prima untuk kegiatan ibadah seperti tawaf, wukuf, sa'i, hingga lempar jumrah. Dalam hal ini, ketahanan fisik sangat dibutuhkan. Terlebih, Arab Saudi saat ini sedang dilanda cuaca panas.

Kepala Puskes Haji Kemenkes, RI, Liliek Marhaendro Susilo, mengimbau jemaah tidak lupa membawa obat pribadi untuk mengantisipasi terjadinya kondisi darurat. Meski begitu, Kemenkes RI juga sudah menyediakan obat dan perbekalan kesehatan lainnya.

Tidak kurang dari 2.872 koli untuk obat sudah dipersiapkan, lalu ada juga alat kesehatan habis pakai sebanyak 1.826 koli. Sehingga totalnya atau 4.710 koli atau seberat 62,3 ton dibawa Kemenkes dari Indonesia.

Selain itu, ada juga obat-obatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dan Madinah. Proses pengadaan obat untuk layanan kesehatan di KKHI ini dilakukan di Indonesia.

“Obat yang kami sediakan itu belum tentu cocok buat jemaah hajinya. Makanya, kami anjurkan, obat yang sudah cocok dibawa dan untuk obat kebutuhan 40 hari di sana, bisa juga masuk ke koper besar, supaya di bandara gampang. Kalau (obatnya) sedikit, bawa di tas jinjing,” terang Liliek melalui keterangan yang diterima suara.com, Kamis (23/5/2024).

Menurut Liliek, meski KKHI sudah menyediakan obat darurat, tapi tetap ada risiko yang perlu diwaspadai bila hanya mengandalkan cadangan obat umum, dan bukan obat khusus yang diresepkan dokter untuk pasien tersebut dari Indonesia.

“Mudah-mudahan bisa cocok. Tetapi risiko tidak cocok itu nanti yang berdampak. Artinya, obat tetap sediakan, tapi jemaah sendiri kan yang paling mengerti obat apa yang biasa diminum. Meski kandungan sama, kalau beda merek, kadang suka tidak cocok," ungkapnya.

Di sisi lain, Pusat Kesehatan (Puskes) Haji Kemenkes RI memang sudah memantau kesehatan para jemaah yang memiliki riwayat penyakit komorbid seperti hipertensi, diabetes dan jantung. Pemantauan kesehatan ini dibagi dalam sejumlah kategori risiko, yakni risiko tinggi, sedang, dan rendah.

Baca Juga: Menengok Percetakan Mushaf Alquran Terbesar di Dunia: Beroperasi Selama 24 Jam

Pengelompokan kategori risiko kesehatan ini tidak hanya ditujukan bagi jemaah lanjut usia atau lansia, melainkan jemaah haji lain yang bukan lansia dan memiliki komorbid. Sebanyak 30 orang teratas di tiap kloter yang masuk kategori risiko tinggi menjadi kelompok prioritas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI