Ruben Onsu Ungkap Dirinya Idap Empty Sella Syndrome, Penyakit Apa Itu?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 21 Mei 2024 | 15:10 WIB
Ruben Onsu Ungkap Dirinya Idap Empty Sella Syndrome, Penyakit Apa Itu?
Ruben Onsu (Instagram/ruben_onsu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pada empty sella syndrome, ruang sella turcica terisi cairan cerebrospinal (CSF), cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, bukan kelenjar pituitari. Sehingga kelenjar pituitari di dasar otak mengecil atau menipis.

Alhasil, banyak penderita empty sella syndrome yang tidak memiliki gejala, atau bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit ini.

Mengutip dari Primaya Hospital terdapat dua jenis dari empty sella syndrome yaitu primer dan sekunder. Pada empty sella syndrome primer terjadi ketika sebagian otak menekan sella turiska dan meratakan kelenjar pituitari.

Kemudian tidak diketahui apa penyebabnya pada anak-anak namun individu dengan sindrom ini mungkin memiliki kadar hormon prolaktin yang tinggi. Sehingga bisa mengganggu fungsi normal testis dan ovarium.

Kondisinya paling sering terjadi pada orang dewasa serta wanita dan kerap dikaitkan dengan obesitas atau tekanan darah tinggi. Sementara jenis empty sella syndrome sekunder terjadi ketika pituitari rusak karena penyebab tertentu.

Seseorang yang mengalami jenis sekunder kadang menunjukan kondisi yang mencerminkan hilangnya fungsi hipofisis seperti infertilitas dan terhentinya periode menstruasi. Di antara anak-anak jenis ini dikaitkan dengan kekurangan hormon pertumbuhan dan pubertas dini.

Namun, pada beberapa orang, empty sella syndrome dapat menyebabkan berkurangnya produksi satu atau lebih hormon yang dibuat oleh kelenjar pituitari. Gejala yang mungkin dialami juga tergantung pada kekurangan hormon tertentu.

Kendati demikian, ada beberapa gejala empty sella syndrome yang mungkin bisa disadari penderita. Berikut gejala-gejalanya:

  • Disfungsi ereksi.
  • Penurunan gairah seks.
  • Mudah lelah.
  • Menstruasi yang tidak teratur atau berhenti sama sekali (amenorrhea).
  • Keluarnya ASI atau cairan menyerupai ASI dari puting payudara padahal tidak sedang hamil atau menyusui (galaktorea).
  • Peningkatan tekanan di otak.
  • Keluarnya cairan otak dari hidung.
  • Sakit Kepala.
  • Gangguan penglihatan akibat saraf mata membengkak karena tekanan di dalam otak (papiledema).

Baca Juga: Bahaya Kurang Tidur Seperti Ruben Onsu yang Jaranga Diketahui: Lebih Cepat Tua

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI