Suara.com - Ruben Onsu menjadi sorotan usai tumbang saat sedang bekerja di Majalengka pada Minggu (19/5). Diketahui pingsannya Ruben Onsu dalam acara tersebut karena alami kelelahan dan dehidrasi sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Kelelahan yang dialami Ruben Onsu ini membuat kebiasaan jam tidurnya kembali disorot. Pasalnya, suami Sarwendah tersebut, memiliki jam tidur yang kurang. Dalam pernyataannya kepada Melaney Ricardo yang diunggah kembali akun Tiktok @agathaendang123, Ruben Onsu mengaku, dirinya hanya tidur 3 jam dalam sehari.
Ruben Onsu mengaku, setiap harinya ia habiskan untuk melakukan pekerjaannya. Oleh sebab itu, jam tidur yang didapatkannya dalam sehari hanya sekitar 3 jam.
"Apalagi ya soal jam tidur, 3 jam itu gue udah paling lama itu udah istimewa. Jadi harus kembali bekerja, ngeluh engga cuma ada sesekali waktu bilang cape ya," ungkap Ruben Onsu kepada Melaney Ricardo.
![Ruben Onsu di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (13/2/2023) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/original/2023/02/13/33570-ruben-onsu.jpg)
Waktu tidur hanya 3 jam yang dilakukan Ruben Onsu ini lantas menjadi sorotan. Pasalnya, mengutip Halodoc, waktu tidur yang ideal untuk orang dewasa sendiri yakni 7-9 jam. Hal tersebut cukup berbanding terbalik dengan yang dilakukan Ruben Onsu.
Bukan hanya itu, saat tidur akan memberikan waktu istirahat dan membangun kembali otot-otot yang sudah lelah sepanjang hari. Di sisi lain, tidur juga menjadi waktu semua limbah yang diproduksi otak dikeluarkan.
Oleh karena itu, tidur menjadi penting bagi kesehatan tubuh, fungsi metabolik, kekebalan tubuh, dan otak. Tidur juga baik untuk mengatur emosi, lho. Saat kurang tidur, emosi negatif bisa meningkat hingga 60 persen.
Bahaya kurang tidur
1. Insomnia dan penyakit kardiovaskular
Baca Juga: Ruben Onsu Dibilang Kritis, Jordi Onsu: Astagfirullahaladzim
Seseorang yang kurang tidur justru akan berisiko alami insomnia. Hal ini akan membuat dirinya semakin susah tidur. Padahal, itu bisa berdampak pada kesehatan dirinya. Insomnia yang dialami meningkatkan risiko adanya penyakit kardiovaskular seperti gangguan irama jantung (aritmia), gagal jantung, maupun serangan jantung.