Pakar Minta Ada Kajian Lebih Dalam Terkait Efek Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Minggu, 12 Mei 2024 | 18:10 WIB
Pakar Minta Ada Kajian Lebih Dalam Terkait Efek Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Ilustrasi vaksin covid Astrazeneca (Freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan sempat heboh kabar bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca menimbulkan kejadiani sindrom trombosis dengan trombositopenia (thrombosis with thrombocytopenia syndrome/TTS).  Merespons hal tersebut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Alergi-Immunologi Klinik lulusan Universitas Indonesia mendesak untuk perlu dikaji lebih dalam

“Di Indonesia kejadian (TTS) saya enggak pernah dengar. Itu belum diteliti, mungkin yang TTS itu trombositnya turun. Belum ada juga penelitian soal hubungan TTS, vaksinasi pada genetika atau ras tertentu,” kata Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp. P. D, Subsp. A. I. (K), FINASIM dikutip dari ANTARA. 

Prof. Iris menanggapi kekhawatiran masyarakat terhadap jenis vaksin yang dapat menyebabkan efek samping tertentu dengan menjelaskan bahwa kejadian ikutan pasca-vaksinasi (KIPI) bisa terjadi pada beberapa individu tergantung pada kondisi kesehatan mereka.

Ilustrasi Vaksin Covid-19.(Unsplash/towfiquy barbiquy)
Ilustrasi Vaksin Covid-19.(Unsplash/towfiquy barbiquy)

Walaupun demikian, kasus tersebut jarang terjadi, terutama kasus berat seperti Trombosis dengan Trombositopenia Sindrom (TTS) di Inggris. TTS adalah penyakit yang menyebabkan pembekuan darah dan penurunan jumlah trombosit.

Baca Juga: Heboh Efek Samping AstraZeneca, Menkes Budi Gunadi Sadikin Sebut Vaksin Covid-19 Dalam Negeri Lebih Aman

Iris menyatakan bahwa baik pemerintah maupun dokter masih menunggu laporan resmi mengenai kasus tersebut dan melakukan pengawasan untuk mencegah kejadian serupa di Indonesia.

Efek samping yang disebabkan oleh KIPI baru akan terlihat dalam satu bulan setelah vaksinasi. Jika seseorang mengalami KIPI melebihi batas waktu tersebut, kemungkinan besar disebabkan oleh penyakit lain.

Meskipun masih ada kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin AstraZeneca setelah insiden tersebut, Iris menyarankan agar vaksinasi tetap dilakukan dengan jenis vaksin lain seperti yang diproduksi oleh Biofarma. Jika ada gejala KIPI, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan ahli, seperti dokter spesialis autoimun dan penyakit dalam.

“Kalau saya pribadi, kalau takut bisa pakai jenis lain, tapi dalam arti tetap divaksin. Jadi yang dihindari adenovirus termasuk Johnson and Johnson itu semua non-replicating viral vector, itu kan masih baru,” ujarnya yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (PP PERALMUNI) itu.

Baca Juga: Heboh Timbul Efek Samping Pembekuan Darah, BPOM Sebut Vaksin AstraZeneca Sudah Tidak Beredar di Indonesia

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI