Diet Turunkan Berat Badan Pakai Tes Genetik, Begini Cara Kerjanya!

Sabtu, 11 Mei 2024 | 15:04 WIB
Diet Turunkan Berat Badan Pakai Tes Genetik, Begini Cara Kerjanya!
Ilustrasi diet.(freepik.com/dianagrytsku)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat ini ada berbagai jenis diet untuk turunkan berat badan, yang terbaru adalah dengan menggunakan tes genetik untuk memandu jenis diet yang cocok. Bahkan tes ini disebut bisa langsung mendeteksi risiko berbagai penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, kolesterol, hingga obesitas. Bagaimana cara kerjanya?

Dokter Spesialis Gizi Dermaster Clinic Indonesia, dr. Christopher Andrian, M.Gizi,Sp.GK, bercerita dirinya semakin banyak menemukan pasien di kota besar yang datang dalam keadaan obesitas, yang akhirnya meningkatkan risiko penyakit kronis.

"Sekarang banyak banget yang obesitas di Jakarta, kenapa? Karena pesan makanan paling gampang, minuman manis dan segala macam, kedua kondisi orang malnutrisi kurus tapi persentase lemak di badan besar sekali, yang kita bilang obesitas sarkopedia itu ada," ujar dr. Christopher saat memperkenalkan perawatan Dermagne di Dermaster Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/5/2024).

Namun, kata dr. Christoper, berkat inovasi kesehatan yang semakin canggih, kondisi obesitas bisa dicegah dengan metode tes genetik, yang bisa dilakukan sejak usia sedini mungkin termasuk untuk anak-anak sekalipun.

Baca Juga: Turunkan Berat Badan dengan Nonton Film Horor, Memang Bisa?

Dengan tes genetik ini, nantinya seseorang yang memiliki risiko menjadi obesitas saat remaja dan dewasa, bisa mengetahui ancamannya sedini mungkin, sehingga pasien akan lebih berhati-hati menjaga gaya hidup, pola makan, hingga aktivitas yang dibutuhkan.

"Semakin kecil usia, semakin dini semakin baik, kenapa? Supaya dia saat remaja, faktor risiko apa, ketika dewasa tahu risiko apa saja. Kayak kita aja, udah ketahuan ada genetik obesitas, tapi tergantung gaya hidup, kata dokter nggak boleh makan ini itu, kalau melenceng, bisa obesitas," papar dr. Christopher.

Adapun cara kerja tes genetik untuk mencegah obesitas ini bisa dilakukan dengan cara mengecek air liur atau saliva. Dari air liur inilah akan dianalisis risiko penyakit, kondisi alergi, hingga makanan dan minuman yang cocok.

Inilah mengapa tes genetik ini bisa dicek pada anak yang sudah bisa meludah atau mengeluarkan air liur. Bahkan jika belum bisa mengeluarkan air liur, maka metode pengambilan sampel bisa dilakukan dengan cara swab atau metode usap air liur.

Tidak hanya itu, tes genetik seperti Dermagene, menurut Direktur Marketing Komunikasi Dermaster Indonesia, Rila Lisangan, bisa digunakan untuk menentukan asupan vitamin yang cocok untuk menunjang kesehatan seseorang. Sehingga asupan nutrisi gizi melalui makanan maupun nutrisi melalui suplemen bisa disesuaikan.

Baca Juga: Ingin Lakukan Intermittent Fasting seperti Amanda Manopo? Hindari 5 Kesalahan Ini

"Tujuan dari program tes genetik untuk memberikan solusi bagi berbagai

masalah kesehatan yang sering dihadapi oleh masyarakat. Kami juga ikut mendukung kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan. Dalam beberapa kasus, melakukan tes genetik sesegera mungkin dapat memberikan peluang yang lebih besar untuk mencegah risiko-risiko yang dapat dicegah," papar Rila di saat yang sama.

Namun dr. Christopher tetap mengingatkan tes genetik untuk menurunkan berat badan juga harus dibarengi dengan konsultasi dengan pakar atau ahli. Tujuannya agar tidak ada multitafsir atau salah menerjemahkan hasil pemeriksaan genetik.

Bahkan bila digunakan untuk diet, umumnya dokter spesialis gizi saat melihat hasil tes genetik bisa memberikan rekomendasi jenis makanan, minuman, vitamin atau olahraga yang bisa memberikan efek yang efisien karena sesuai kebutuhan tubuh.

"Ada banyak manfaat untuk melakukan tes genetik ini, di antaranya mengetahui jenis dan durasi olahraga yang tepat serta waktu terbaik untuk melakukannya. Memahami sensitivitas terhadap makanan seperti laktosa, gluten, alkohol, dan kafein. Selain itu, memahami proses detoksifikasi dan hormonal setiap orang," pungkas dr. Christoper.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI