Jokowi Soroti Curhat Sering Dapat Keluhan Kurangnya Dokter Spesialis di Daerah: Jangan Sampai Alkes Jadi Tak Berguna

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 06 Mei 2024 | 14:36 WIB
Jokowi Soroti Curhat Sering Dapat Keluhan Kurangnya Dokter Spesialis di Daerah: Jangan Sampai Alkes Jadi Tak Berguna
Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (ketiga kanan), Menko PMK Muhadjir Effendy (kedua kiri), Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan (ketiga kiri), Mendikbudristek Nadiem Makarim (kedua kanan), Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kiri) dan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono (kanan) menekan tombol saat meluncurkan Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama (Hospital Based) di halaman RSAB Harapan Kita, Jakarta, Senin (6/5/2024). . ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/YU
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku selalu mendapat keluhan tentang kurangnya dokter spesialis di Indonesia. Hal itu disampaikan oleh  Jokowi dalam peresmian Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU) di RSAB Harapan Kita, Jakarta, Senin, (6/5/2024)

Seperti diketahui, rasio dokter di Indonesia masih berkisar 0,47 per 1.000 penduduk, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensyaratkan setiap negara memiliki rasio dokter 1 per 1.000, agar seorang dokter di suatu negara melayani 1.000 penduduk.

“Saya dalam enam bulan ini kalau ke daerah secara mendadak saya masuk ke rumah sakit dan belok ke puskesmas. Saya senang bahwa alat-alat yang diperlukan misalnya USG, sudah ada di puskesmas,” kata Kepala Negara.

Sementara di rumah-rumah sakit tingkat kabupaten/kota dan provinsi juga telah memiliki peralatan seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), mammogram, dan cath lab guna mendukung penanganan sejumlah penyakit kronis.

Baca Juga: Sambil Tertawa, Respons Jokowi soal Usulan Prabowo Bentuk Presidential Club

“Tetapi kemudian keluhannya selalu adalah dokter spesialis yang tidak ada. Ini menjadi PR (Pekerjaan Rumah) kita menurut saya, karena rasio dokter berbanding penduduk kita 0,47 dari 1.000,” ujar Presiden Jokowi.

Ia mengingatkan jangan sampai pengadaan alat kesehatan (alkes) ke berbagai daerah di Indonesia menjadi tidak berguna karena ketiadaan dokter spesialis.

“Jangan sampai peralatan (kesehatan) yang sudah sampai di kabupaten, kota, provinsi, tidak berguna gara-gara dokter spesialisnya tidak ada,” kata Presiden Jokowi.

Sementara itu Presiden Jokowi memaparkan bahwa pengadaan dan distribusi alkes ke seluruh daerah di Indonesia telah berjalan dengan baik dan akan terus dilanjutkan ke pemerintahan berikutnya.

“Saya dalam enam bulan ini kalau ke daerah secara mendadak saya masuk ke rumah sakit dan belok ke puskesmas. Saya senang bahwa alat-alat yang diperlukan misalnya USG, sudah ada di puskesmas,” kata Kepala Negara.

Baca Juga: Kunjungi PEVS 2024, Jokowi Harapkan Ekosistem Kendaraan Listrik Segera Terbentuk

Dalam menangani kurangnya dokter dan dokter spesialis di Indonesia, Presiden menegaskan perlu dilakukan terobosan, termasuk dengan menggerakkan 24 fakultas kedokteran di Indonesia dan 420 rumah sakit pemerintah yang ditunjuk menjadi rumah sakit pendidikan untuk memproduksi lebih banyak dokter.

Presiden Jokowi pun mendorong agar distribusi alkes ke seluruh daerah terus dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya, untuk mempersiapkan bonus demografi Indonesia yang diperkirakan terjadi pada 10-15 tahun ke depan.

“Mengenai rumah sakit yang belum dikirimi MRI, mammogram, dan di puskesmas belum ada USG, IKG, agar betul-betul segera bisa terlaksana, tentu tidak dalam masa pemerintahan saya tetapi masa pemerintahan presiden baru,” kata Presiden Jokowi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI