Suara.com - Hari Posyandu Nasional, yang ditetapkan pada 29 April, menjadi momentum untuk memperkuat komitmen semua pihak dalam mendukung posyandu dan mengurangi angka stunting di Indonesia.
Partisipasi masyarakat di posyandu menjadi kunci penting dalam upaya penurunan angka stunting, menurut Deputi Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sukaryo Teguh Santoso.
"Demi mendukung percepatan penurunan stunting, kehadiran masyarakat di posyandu sangatlah penting. Jika posyandu buka di hari tertentu, seharusnya seluruh keluarga wajib berpartisipasi dan mendukung kegiatan tersebut," ujar Teguh dikutip dari ANTARA, Selasa (30/4/2024).
Teguh menekankan pentingnya partisipasi ibu hamil dan ibu dengan bayi di bawah dua tahun (baduta) dalam mendukung program-program posyandu. Mereka perlu datang untuk memeriksa berat, tinggi badan, lingkar kepala, serta aspek kesehatan lainnya guna mencegah stunting.
Baca Juga: Cegah Stunting Bukan Cuma dengan Makan Gratis, Sanitasi dan Air Bersih Juga Penting: Ini Alasannya!
Posyandu harus mampu meningkatkan partisipasi masyarakat agar menjadi pusat pelayanan dasar keluarga yang berbasis di tingkat masyarakat paling bawah, tambah Teguh. Dengan menjalankan kegiatan posyandu dengan baik, upaya pencegahan stunting bisa dilakukan secara optimal. Posyandu memiliki peran penting dalam pemeriksaan kesehatan ibu hamil, yang dianjurkan dilakukan enam kali selama masa kehamilan.
Selain partisipasi masyarakat, Teguh juga mendorong posyandu untuk memperkuat pengukuran balita melalui Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) guna mencapai target penurunan stunting 14 persen pada tahun 2024.
"Untuk mencapai target ini, balita perlu diukur dengan baik. Posyandu harus mendukung EPPGBM dan meningkatkan partisipasi keluarga hingga di atas 90 persen," ujarnya.
Pemerintah daerah diharapkan menggerakkan masyarakat untuk mendukung posyandu melalui kelompok kerja nasional (pokjanal) dan tokoh agama. Teguh menegaskan pentingnya intervensi pemerintah daerah dalam program posyandu, seperti pemberian makanan tambahan, imunisasi, dan keluarga berencana, untuk benar-benar sampai ke sasaran.
Posyandu harus menjadi pusat pelayanan dasar keluarga yang berbasis gotong royong. Saat ini, posyandu juga melayani pasien secara fisik dan non-fisik, termasuk perkembangan kejiwaan.
Baca Juga: Angka Stunting Stagnan, Penguatan Kader Posyandu Harus Jadi Langkah Strategis Pemerintah
BKKBN telah mengintegrasikan posyandu dengan program Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI), yang memberikan penyuluhan dan edukasi tentang pola asuh, pendidikan karakter, dan pembangunan keluarga.