Sesama Pijat Kretek, Ini Beda Metode Tit Tar vs Chiropractic untuk Perbaiki Postur Tubuh Agar Seimbang

Minggu, 28 April 2024 | 07:52 WIB
Sesama Pijat Kretek, Ini Beda Metode Tit Tar vs Chiropractic untuk Perbaiki Postur Tubuh Agar Seimbang
ilustrasi pijat kretek, chiropractic. (Dok. Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terapi pijat kretek kini semakin diminati masyarakat Indonesia. Tapi masih sedikit yang tahu terapi ini ada banyak jenisnya loh seperti metode Tit Tar dan chiropractic. Memang apa sih bedanya?

Dijelaskan Senior Therapist Klinik Meditar, Krisnawan Priyanka meski memiliki cara kerja yang hampir sama namun terapi kretek tulang metode Tit Tar vs chiropractic dibedakan berdasarkan asal usulnya.

"Jadi sebenarnya selain Tit Tar itu asalnya dari Tiongkok China, kalau Chiropractic itu dari Amerika, ada juga metode osteopathy asalnya dari UK (Inggris)," ujar Krisnawan melalui keterangan yang diterima suara.com beberapa waktu lalu.

Ilustrasi fisioterapi, pijat, chiropractic. (Shutterstock)
Ilustrasi fisioterapi, pijat, chiropractic. (Shutterstock)

Baik Tit Tar dan chiropractic bekerja dengan cara memberikan tekanan pada sendi tulang belakang pasien dengan tangan atau alat bantu khusus. Kedua metode pijat kretek ini kerap juga disebut dengan tindakan manipulasi tulang belakang, dimana tekanannya akan disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

Baca Juga: Takut Cedera Lakukan Pijat Langsung, Begini Cara Musisi Iskandar Widjaja Lakukan Relaksasi Tubuh Untuk Hindari Stres

Menurut Krisnawan ketiga terapi pijat kretek ini secara umum memiliki teknik yang sama yaitu berfokus pada anggota gerak dan fungsi tubuh, seperti area leher, bahu, punggung, lutut dan engkel yang fungsinya sangat penting untuk beraktivitas sehari-hari.

Hanya saja Krisnawan yang lebih fokus kepada metode Tit Tar menjelaskan, teknik pijat kretek dari Tiongkok ini lebih berfokus pada bone setting, yaitu terapis akan lebih dulu melihat postur tubuh dan melakukan sesi konsultasi dengan pasien.

"Jadi kita akan lebih dulu konsultasi, saya sebagai terapis di sini punya ahli background medis, seperti saya punya sertifikat fisioterapi, akan dilihat apakah punya skoliosis atau saraf kejepit dari rasa nyeri dan posisi punggung pasien," ujar Krisnawan.

Dalam grand launching Klinik Meditar cabang kedua di Kelapa Gading, Jakarta utara Krisnawan juga menjelaskan terapi ini tidak bisa sembarang dilakukan. Ini karena jika memiliki kondisi skoliosis atau saraf kejepit dengan kondisi berat maka tindakan pijat kretek ini tidak bisa dilakukan.

"Kalau dari hasil pemeriksaan MRI atau rontgen di rumah sakit menunjukan ada kondisi skoliosis saraf kejepit udah berat tidak bisa. Tapi kalau ringan datang aja dulu nggak apa-apa, nanti kita cek sendiri dan kita juga nggak akan melakukan tidak kondisi tidak memungkinkan," jelas Krisnawan.

Baca Juga: Hiburan Malam dan Tempat Pijat di Jakarta Wajib Tutup 6 Hari Selama Ramadan

Di sisi lain Guru Besar Terapi Tradisional Tiongkok metode Tit Tar, Chris Leong yang juga brand Ambassador Klinik Meditar ini mengingatkan, kriteria orang yang boleh melakukan tindakan pijat kretek ini harus dalam kondisi sehat dan fit.

Terapi pijat kretek di Klinik Meditar. (Dini/Suara.com)
Terapi pijat kretek di Klinik Meditar. (Dini/Suara.com)

"Kondisinya harus fit, tidak boleh demam yang akan kelihatan dari mukanya nggak segar. Itu kita nggak bisa kita terima, karena terapi ini selain untuk memperbaiki postur tubuh, tapi juga memanfaatkan self healing membiarkan tubuh kembali rileks," papar Chris Leong.

Chris Leong yang menyebarkan metode Tit Tar di Singapura dan Hongkong ini mengatakan, dari sisi tren mayoritas masyarakat yang datang untuk melakukan pijat kretek ini di usia 20 hingga 30 tahun, karena posisi tubuh mulai tidak seimbang karena banyak menunduk di depan laptop dan menatap ponsel.

"Meski usia 20-30an tidak banyak yang cedera, tapi yang banyak ceder itu usia 35 hingga 55 tahun yang disebabkan banyak angkat beban, naik tangga, jaga anak, atau posisi menyilang kaki itu menyebabkan posisi duduk tidak seimbang bertahun-tahun," papar Chris Leong.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI