Suara.com - Belakangan ini tengah ramai di X tentang unggahan foto terkait efek samping obat sakit kepala yang berisiko dapat memicu anemia aplastik. Pertanyaannya, apa benar Paramex beresiko anemia aplastik?
Dalam unggahan yang viral itu, ada salah satu foto kemasan obat sakit kepala yakni Paramex yang membandingkan kemasan dulu dan saat ini.
Sebagai informasi, penyakit anemia aplastik sendiri sedang ramai jadi pembahasan masyarakat usai artis Babe Cabita dinyatakan meninggal dunia karena penyakit tersebut. Lantaran beredarnya informasi itu, netizen pun banyak yang merasa khawatir mengonsumsi Paramex.
Diketahui dalam foto kemasan dulu, disebutkan bahwa efek samping penggunaan Paramex dalam dosis besar dan jangka lama bisa membuat kerusakan hati. Sementara itu di kemasan saat ini, ada tambahan efek samping yakni berisiko terkena penyakit anemia aplastik dan diskrasia darah.
"Kindly reminder utk teman2 semuanya, jangan terlalu sering konsumsi obat ini yaaa. sender perhatiin ternyata keterangan efek sampingnya ditambahin, berisiko anemia aplastik. Kalo minum obat yg beredar di pasaran, mohon dibaca semua keterangannya utk jaga2 ya," demikian bunyi unggahan @tanyakanrl di media sosial X.
Apa Benar Paramex Berisiko Anemia Aplastik?
Menanggapi pertanyaan apa benar Paramex beresiko anemia aplastik Kepala Biro Kerja Sama dan Humas BPOM RI, Noorman Effendi mengungkapkan penambahan risiko efek samping terkait pada Paramex sebenarnya sudah sesuai dengan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Hal ini telah dilakukan ketika pihaknya melakukan perpanjangan izin edar atau pendaftaran ulang pada tanggal 5 November 2020. BPOM sebelumnya telah mengevaluasi obat sakit kepala yang marak beredar di pasaran itu.
Sehingga pada akhirnya, penambahan risiko anemia aplastik sebagai efek samping obat perlu dicantumkan dalam kemasan. Walaupun kejadian kasus risiko penyakit ini karena mengkonsumsi Paramex frekuensinya tergolong jarang, 1 kasus per 1 juta pengguna.
Sementara itu, kandungan propyphenazon awalnya juga pernah dilaporkan karena berhubungan dengan anemia aplastik. Kini BPOM telah memastikan zat tersebut aman untuk dikonsumsi sepanjang sesuai dengan indikasi, dosis, hingga aturan pakai.