Kurangi Makan Opor Jika Tak Ingin Alami Depresi, Studi Ungkap Hubungan Kolesterol dengan Risiko Gangguan Jiwa

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 12 April 2024 | 06:20 WIB
Kurangi Makan Opor Jika Tak Ingin Alami Depresi, Studi Ungkap Hubungan Kolesterol dengan Risiko Gangguan Jiwa
Ilustrasi opor ayam saat lebaran (Pixabay/polymanu)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kadar kolesterol tinggi selama ini dikaitkan dengan risiko penyakit metabolik seperti penyumbatan pembuluh darah dan serangan jantung. Tapi tahukah Anda jika kolesterol tinggi juga bisa meningkatkan risiko masalah kejiwaan seperti cemas dan depresi?

Meski masih momen Lebaran, sebaiknya Anda mengurangi makanan dengan santan seperti opor dan rendang. Sebab, penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal JAMA Network Open menyebut adanya kaitan antara kondisi metabolik tubuh seperti kolesterol, gula darah dan kadar lemak yang tinggi dengan kondisi kesehatan jiwa.

Ilustrasi kolesterol menyumbat pembuluh darah. (Shutterstock)
Ilustrasi kolesterol menyumbat pembuluh darah. (Shutterstock)

Melansir Medical News Today, penelitian dilakukan kepada 211.000 orang yang tidak memiliki riwayat masalah kesehatan jiwa. Rata-rata partisipan berusia 42 tahun dan lahir di Swedia dalam pengambilan darah pertama. Beberapa hal yang diukur antara lain total kolesterol, trigliserida, dan lipoprotein.

Setelah 21 tahun, ditemukan bahwa 16.256 partisipan mengalami depresi, kecemasan, atau gangguan kejiwaan lainnya yang berhubungan dengan stres. 3.000 di antaranya sudah didiagnosi mengalami gangguan kecemasan dan depresi serta mendapat pengobatan.

Studi menemukan kadar kolesterol total, trigliserida, dan gula darah tinggi ditemukan pada partisipan yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Sebaliknya, partisipan dengan kadar kolesterol dan gula darah rendah tidak melaporkan adanya masalah kejiwaan.

Hal ini menjadi perhatian Alex Dimitriu, MD, psikiater yang juga pakar kesehatan tidur dari Menlo Park Psychiatry & Sleep Medicine. Ia mengomentari keterkaitan antara hormon stres kortisol dengan tingginya kolesterol dan gula darah.

"Ini adalah penelitian yang menarik. Kadar glukosa dan trigliserida yang tinggi serta kadar protein HDL (sehat) yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan stres. Peningkatan glukosa dan trigliserida serta kelainan lipid [lemak darah] mungkin terkait dengan disregulasi otonom (kondisi kortisol tinggi). Penanda ini [glucosa, trigliserida, HDL] mungkin juga merupakan tanda peradangan yang meningkat, yang juga telah dikaitkan dengan kondisi kesehatan mental," terangnya.

Cara Menurunkan Gula Darah dan Kolesterol Jahat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengendalikan dan memantau kadar gula darah serta kolesterol tak hanya mencegah penyakit metabolik, tapi juga menjaga kesehatan jiwa.

ilustrasi depresi (freepik.com/mrmohock)
ilustrasi depresi (freepik.com/mrmohock)

Jared Braunstein, DO, seorang dokter penyakit dalam dari Medical Offices of Manhattan, mengatakan penelitian ini menjadi pesan penting untuk selalu menjaga kadar gula darah dan kolesterol terkontrol. Caranya, dengan mengonsumsi makanan-makanan sehat.

"Hal terbaik yang dapat dilakukan orang untuk menurunkan kadar glukosa dan trigliserida sambil meningkatkan kadar [kolesterol lipoprotein densitas tinggi] adalah dengan makan lebih banyak lemak baik seperti minyak zaitun, kacang-kacangan, alpukat, salmon, tuna," terangnya.

"Mengkonsumsi suplemen minyak ikan omega-3 juga membantu serta lebih banyak olahraga kardiovaskular. Hindari juga makanan tinggi lemak seperti donat, kue, muffin, pai, dan gorengan," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI