Suara.com - Komika Babe Cabita meninggal dunia hari ini, Selasa (9/4/2024). Lelaki bernama asli Priya Prayoga Pratama Tanjung ini menghembuskan napas terakhir di rumah sakit kawasan Jakarta Selatan. Diketahui, Babe sebelumnya pernah dirawat karena mengidap penyakit langkap anemia aplastik.
"Innalillahi wa inna ilaihi Raji'un, telah meninggal, anak, ayah, adik, suami kami, Priya Prayogha Pratama bin Irsyad Tanjung (Babe Cabita)," demikian keterangan yang diunggah Kevin Kautsar di Instagram.
Riwayat kesehatan Babe Cabita pernah diungkap dalam tayangan Pagi Pagi Ambyar, September tahun lalu. Ia mengaku pernah mengalami demam tinggi hingga 42 derajat sampai mengalami halusinasi. Berdasarkan keterangan dokter, Babe Cabita mengalami penurunan HB dan leukosit.
"DBD kan cuma trombosit doang turun dan demamnya beberapa saat doang, kalau ini nggak turun-turun. Sudah gitu dokter mulai curiga kalau DBD turun cuma trombositnya saja, kalau aku semuanya turun, leukositnya turun sampai nol drop, HB sempat 6, trombosit setiap hari turun," jelas Babe Cabita.
Baca Juga: Nyesek, Isi Permohonan Maaf Babe Cabita Sebelum Meninggal Dunia
Dokter kemudian mengambil sampel sumsum tulang belakang milik babe Cabita. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter mengambil kesimpulan bahwa Babe Cabita mengidap penyakit langka yang juga bisa dibilang autoimun yakni anemia aplastik.
Melansir NIH, anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sumsum tulang belakang yang mengakibatkan penurunan produksi sel darah. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sel-sel punca sumsum tulang belakang yang menyebabkan penurunan produksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Gejala yang mungkin muncul pada anemia aplastik antara lain:
- Kelelahan yang berlebihan dan mudah lelah karena kurangnya sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.
- Mudah memar dan berdarah karena kurangnya trombosit yang berperan dalam pembekuan darah.
- Risiko infeksi yang meningkat karena kurangnya sel darah putih yang bertugas melawan infeksi.
Penyebab dari anemia aplastik bisa bervariasi, termasuk paparan bahan kimia tertentu, radiasi, infeksi virus, atau faktor genetik.
Pengobatan untuk anemia aplastik biasanya melibatkan transfusi darah untuk menggantikan sel darah yang kurang, serta terapi imunosupresif untuk menghambat respon sistem kekebalan tubuh yang mungkin merusak sumsum tulang belakang. Pilihan pengobatan lainnya mungkin termasuk transplantasi sumsum tulang belakang.
Baca Juga: Innalillahi, Babe Cabita Meninggal Dunia Hari Ini
Dengan pemahaman lebih lanjut tentang penyakit ini dari berbagai sumber, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap gejala yang muncul dan segera mendapatkan pengobatan yang tepat bila diperlukan.