Suara.com - Video kemarahan seroang karyawan Pertamina bernama Arie Febriant baru-baru ini viral di media sosial, terutama di X. Dalam veideo itu terlihat Arie Febriant meludahi orang yang menegurnya karena parkir sembarangan.
Dalam video yang tersebar, Arie terlihat tidak menerima teguran saat ia memarkir mobil Honda H-RV hitamnya di tengah jalan untuk membeli gorengan. Tindakannya tersebut menyebabkan kemacetan di lokasi. Insiden ini dilaporkan terjadi di Jalan Masjid Farul Falah, Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada Jumat (5/4/2024).
Karena tidak terima dengan teguran itu, Arie Febriant lantas marah dan melontarkan ludah ke arah mobil perempuan yang menegurnya.
Air liur memang mengandung antibodi dan enzim yang dapat mengurangi risiko penularan penyakit. Namun, kuman dan bakteri yang terdapat dalam ludah seseorang bisa bertahan hidup dalam waktu yang lama, meningkatkan potensi penularan penyakit. Beberapa virus dan bakteri bahkan dapat bertahan di udara selama 6 jam atau bahkan lebih dari 24 jam pada jenis tertentu.
Baca Juga: Punya Kekayaan Rp3,7 M, Arie Febriant Karyawan Pertamina yang Viral Ludahi Perempuan Lulusan Mana?
Ketika seseorang yang sedang sakit meludah di tempat umum, virus dan bakteri berbahaya dapat berpindah dari ludah tersebut ke hidung, tenggorokan, dan paru-paru orang yang menghirupnya. Ini dapat menyebabkan penularan berbagai penyakit seperti tuberkulosis, hepatitis, meningitis, atau Epstein-Barr.
Penyakit-penyakit ini dapat ditularkan melalui droplet, yaitu partikel air kecil yang membawa mikroorganisme dan bisa tidak sengaja dihirup oleh orang lain.
Seperti diketahuii, meludah di tempat umum, selain menimbulkan risiko kesehatan dan membuat orang merasa jijik, juga dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Di beberapa budaya, seperti di Tiongkok, meludah di tempat umum dianggap sebagai hal yang biasa, meskipun ada upaya kampanye anti-meludah, terutama saat acara internasional diadakan. Praktik ini juga umum terjadi di toilet umum di Asia.
Dikutip dari artikel berjudul, Does spitting in public play a role in transmitting SARS-CoV-2?' dari National Library of Medicine, peneliti menemukan bahwa volume ludah jauh lebih besar daripada aerosol yang dihasilkan oleh batuk, dengan perbandingan yang mencengangkan.
Penelitian menunjukkan bahwa jumlah virus SARS-CoV-2 dalam satu volume ludah dapat mencapai angka yang sangat tinggi, jauh lebih besar daripada jumlah virus yang dilepaskan melalui batuk selama 18 jam. Hal ini menimbulkan hipotesis bahwa meludah di depan umum di Tiongkok mungkin berperan dalam penularan SARS-CoV-2.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hipotesis ini. Kampanye anti-meludah tidak hanya relevan secara emosional, tetapi juga penting untuk kesehatan masyarakat secara keseluruhan.