4 Fakta Soal Vaksin DBD di Indonesia, Kapan Bisa Diberikan Secara Gratis?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Rabu, 27 Maret 2024 | 06:15 WIB
4 Fakta Soal Vaksin DBD di Indonesia, Kapan Bisa Diberikan Secara Gratis?
Positif terinfeksi demam berdarah. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kenaikan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia perlu diwaspadai dengan serius. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), sudah ada 35.556 kasus DBD sepanjang tahun 2024, dengan 290 di antaranya menyebabkan kematian.

Salah satu cara pencegahan DBD yang menjadi sorotan adalah vaksin DBD. Laman CDC Amerika Serikat menyebut vaksin ampuh melindungi 8 dari 10 orang, termasuk menurunkan risiko rawat inap dan kematian karena DBD. Vaksin DBD juga aman diberikan kepada anak-anak dengan efek samping yang minimal.

Terkait penggunaan vaksin DBD di Indonesia, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (Ditjen P2P) Kemenkes, dr. Imran Pambudi, MPHM, memberikan penjelasan lewat keterangannya kepada media. Simak rangkumannya berikut ini:

1. Potensi Vaksin DBD Gratis

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Terkena DBD, Apa Bedanya Demam Berdarah pada Anak dan Orang Dewasa?

Kemenkes membuka wacana tentang potensi memberikan vaksin Demam Berdarah Dengue (DBD) secara gratis melalui program vaksinasi nasional.

Ilustrasi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) (Pexels/Pixabay)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah dengue (DBD) (Pexels/Pixabay)

Imran menjelaskan bahwa wacana ini terinspirasi dari keberhasilan Brasil dalam meluncurkan program serupa. Namun, Brasil dihadapkan pada tantangan produksi vaksin yang belum mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Jadi memang tidak bisa memang beberapa studi sudah dilakukan, dan di brasil itu begitu dilaunching untuk program nasional itu kebutuhan vaksinnya baru bisa mulai itu baru tahun depan karena produksi vaksinnya nggak cukup," jelas Imran.

2. Persiapan Produksi Vaksin DBD di Dalam Negeri

Imran menekankan perlunya persiapan dalam membangun kapasitas produksi vaksin DBD di dalam negeri, sehingga Indonesia tidak tergantung pada impor vaksin dari luar.

Baca Juga: Syahnaz Sadiqah Sakit Apa? Dilarikan ke RS usai Kondisinya Semakin Drop dan Memprihatinkan

"Ya kita juga secara nasional harus mengukur, pabriknya sebesar apa, jadi makanya kalau di daerah mereka mau melakukan dalam skala terbatas di daerah mungkin masih bisa," paparnya.

3. Target Utama Program Vaksinasi

Jika program vaksin DBD dilaksanakan, target utamanya adalah anak-anak usia 5 sampai 14 tahun, yang rentan terhadap DBD berdasarkan faktor risiko.

"Paling banyak usia sekolah 5 sampai 14 tahun itu paling bahaya dan paling sering berdasarkan kasus maupun kematian. Kalau ada vaksin gratis ya sasaran utama anak-anak itu," terang Imran.

4. Penangan DBD Saat Ini

Kemenkes memiliki target untuk mencapai nol kematian akibat DBD pada tahun 2030, dengan implementasi strategi nasional penanggulangan DBD 2021-2025. Implementasi 3M Plus yaitu menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang bekas, di tingkat keluarga dianggap krusial untuk mendekati target tersebut.

"Blueprint-nya sudah ada, yaitu Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025. Namun demikian, implementasi pengendalian dan pencegahan harus dilakukan di tingkat terkecil, yaitu keluarga. Semakin banyak keluarga bergerak, maka akan membantu kita mendekati target kurang dari 10 kasus per 10.000 penduduk," pungkas Imran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI