Suara.com - Glaukoma merupakan salah satu penyakit yang tidak bisa dianggap remeh. Penyakit yang disebabkan karena peningkatan tekanan dalam bola mata ini dapat merusak saraf optik dan berujung pada penurunan fungsi penglihatan.
Bahkan, pada beberapa kasus glaukoma membuat penderita alami kebutaan. Berdasarkan data WHO. glaukoma sendiri menjadi penyebab kebutaan nasional ke-2 di dunia. Sementara pada 2020, jumlah orang dengan glaukoma di dunia tercatat sebanyak 79,4 juta.
Head of Glaukoma Service JEC Group, Prof DR. Dr. Widya Artini Wiyogo, SpM(K) mengungkapkan, dalam data Kemenkes, disebutkan kalau prevalensi glaukoma di Indonesia sebesar 0,46 persen. Artinya, sebanyak 4-5 orang alami glaukoma setiap 1.000 penduduk.

Sementara itu, hal yang menjadi kendala dari penyakit glaukoma ini yakni tidak munculnya gejala yang dirasakan. Prof. Widya menuturkan, 80 persen penderita glaukoma tidak alami gejala. Biasanya, mereka baru tahu kondisinya saat sedang alami tes kesehatan.
“80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, kebanyak pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau saat skrining,” ungkap Prof. Widya dalam peringatan Pekan Glaukoma Sedunia oleh JEC, Kamis (21/3/2024).
Oleh sebab itu, tercatat sebanyak 60 persen penderita glaukoma biasanya baru berobat saat kondisinya sudah. Padahal, jika kondisinya sudah terlambat untuk pengobatan, penderita tersebut bisa mengalaminya secara permanen.
Untuk itu, Prof. Widya meminta kewaspadaan masyarakat. Meski tidak bergejala, biasanya terdapat hal-hal yang harus diwaspadai dan segera lakukan pemeriksaan. Melakukan skrining bertahan ini dapat membantu mengetahui kondisi kesehatan mata.
Jika alami glaukoma juga bisa mendapat pengobatan cepat sehingga tingkat kesembuhan lebih tinggi. Pengobatan yang dilakukan ini bisa terapi, medikamentosa, laser, serta operasi.
“Namun, jika muncul gejala sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, satau sakit hebat, masyarakat harus waspada dan diperiksa sesegera mungkin. Saya mengimbau agar masyarakat melakukan skirining dini glaukoma secara berkala,” jelas Prof. Widya.
Baca Juga: Perusahaan Elon Musk SpaceX Diam-diam Bikin Jaringan Satelit Mata-mata ke Intelijen AS
Sebab tidak bergejala ini, sangat penting untuk menjaga diri, terutama orang-orang dengan faktor risiko tinggi. Beberapa orang dengan faktor risiko tinggi di antaranya: