Suara.com - Ada anggapan alergi makanan bisa disembuhkan dengan cara terus menerus menyantap makanan pemicu alergi. Mitos atau fakta ya?
Metode ini disebut dengan desensitisasi, namun tidak disarankan pakar imunologi. Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. Anang Endaryanto, SpA(K), MARS mengakui desensitisasi merupakan salah satu program pasien alergi dibiarkan terpapar terus menerus dengan alergen pemicu.
"Itu kan kalau dikonsumsi terus menerus dan sembuh namanya desensitisasi, dan itu ada programnya. Jadi dosisnya itu betul-betul diatur, kacang, susu. Itu konsumsi terus menerus tetapi dosisnya diatur mulai dari kecil hingga besar," ujar Prof. Anang saat konferensi pers virtual Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (19/3/2024).
Namun dokter yang juga Ketua Minat Alergi Imunologi Anak Prodi Sub Spesialis Ilmu Kesehatan Anak FK Unair itu menjelaskan, tidak semua kondisi alergi bisa disembuhkan dengan program desensitisasi, apalagi efek sampingnya bisa sangat berat.
Baca Juga: 3 Risiko Medis dari Penggunaan Pengharum Ruangan Secara Berlebihan
"Yang sudah tampak (dari efek desensitisasi) itu susu dan kacang, tetapi dalam prosesnya luar biasa efek samping harus dijaga betul," ujar Prof. Anang.
"Kenapa? karena walaupun dosis kecil bisa menimbulkan reaksi-reaksi berat seperti anafilaksis dan sebagainya," sambungnya.
Anafilaksis adalah reaksi alergi berat dan terjadi secara tiba-tiba setelah tubuh terpapar pemicu alergi, dan berpotensi mengancam nyawa.
Apalagi pakar yang juga Dokdiknis Ahli Utama RSUD Dr.Soetomo itu mengingatkan, metode membiarkan alergen terus dipaparkan ini memang bisa membuat pasien dianggap memiliki kadar toleransi atau kesembuhan alergi lebih cepat, tapi cara ini bisa jadi bumerang.
Inilah sebabnya Prof. Anang tidak setuju dengan anggapan tersebut, karena menurutnya bisa lebih berbahaya lantaran bisa membuat reaksi alergi lebih lama.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Meremas Payudara Bisa Membuat Ukurannya Lebih Besar?
"Artinya dia dianggap lebih cepat terjadi kesembuhan alergi atau toleransi, itu saya tidak sepakat dengan itu," jelasnya.
"Karena nanti alerginya berat karena immunoglobulin E (IgE)-nya terhadap alergen itu semakin banyak, sehingga dia tidak akan sembuh-sembuh. Jadi semakin lama menetapnya," lanjutnya.
Imunoglobulin E (IgE) hanya ditemukan pada mamalia, dan berperan penting dalam reaksi alergi yaitu reaksi hipersensitivitas tipe I. IgE diproduksi oleh limfosit B yang merupakan imunitas humoral dalam pertahanan spesifik.