Suara.com - Imunisasi menjadi salah satu faktor untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh anak dari berbagai penyakit. Dengan imunisasi, tubuh memiliki antibodi yang kuat untuk melawat berbagai virus, kuman, sehingga tidak menjadi sakit.
Namun, pada fakta lapangannya rupanya masih banyak anak yang tidak menjalani imunisasi. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan, jumlah anak yang belum mendapat imunisasi dari 2018-2023 mencapai 1.879.820 orang.
Berdasarkan survei Kemenkes dengan bantuan UNICED dan Survei Nielson, alasan banyaknya anak tidak melakukan imunisasi ini karena berbagai faktor termasuk orang tua. Sekitar 38 persen orang tua tidak mau mengimunisasi karena takut imunisasi ganda.
“Kalau kita lihat apa alasan orang tua enggak membawa anaknya imunisasi itu 38 persen tidak mau karena takut imunisasi ganda. Memang kalau kita lihat jadwal di beberapa usia ada yang imunisasinya harus ganda sehingga anaknya dapat imunisasi jadwalnya ideal,” ucap dr. Prima konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia 2024 bersama Kemenkes, Senin (18/3/2024).
Baca Juga: Teks Ceramah Singkat Ramadhan untuk Anak SD: Isi Pendek dan Menginspirasi
Kondisi imunisasi ganda ini dikhawatirkan karena kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang dialami anak akan menjadi besar. Oleh sebab itu, beberapa orang tua memilih untuk tidak melakukan imunisasi kepada anaknya. Padahal, menurut dr. Prima, selama ini KIPI yang dirasakan tidak terlalu besar sehingga aman untuk anak.
“Itu sudah terjadi di berbagai negara, itu cukup aman tidak membuat KIPI bertambah, enggak membuat anak jadi nangis lebih panjang, enggak juga. Sama aja. Tapi tetap orang tua enggak mau. Padahal, mereka enggak maunya karena denger-denger aja,” sambung dr. Prima.
Menambahkan hal ini, Ketua Satgas Imunisasi IDAI, Prof. Dr. dr Hartono Gunardi, Sp.A mengatakan, perilaku orang tua khususnya ibu sangat berpengaruh pada imunisasi anak. Penelitian menemukan, perilaku ibu ini yang memengaruhi imunisasi ini dipengaruhi berbagai faktor di antaranya:
1. Interaksi dengan petugas kesehatan
Interaksi dan sikap petugas kesehatan memengaruhi ibu kepada imunisasi. Jika semuanya baik, maka ibu akan senang membawa anaknya untuk imunisasi.
Baca Juga: Kerap Bicara Aneh, Ibu Pembunuh Anak Kandung di Bekasi Sebut Kiamat Sebentar Lagi
“Orang tua atau ibu ini dipengaruhi oleh petugas kesehatan, sikap, atau interaksi dengan petugas kesehatan dari interaksi sebelumnya kalau baik dan dipercaya,” kata dr. Hartono.
2. Pengetahuan ibu
Pengetahuan ibu juga menjadi hal yang memengaruhi apakah dirinya membawa anaknya untuk melakukan imunisasi.
3. Pengaruh agama
Pengaruh agama juga bisa memengaruhi keputusan ibu dalam memberikan imunisasi kepada anaknya.
“Pengaruh agama, ada yang mengatakan bahwa vaksin itu tidak halal, itu sangat memengaruhi,” jelas dr. Hartono.
4. Pemegang keputusan ayah
Pihak suami atau ayah dari anak juga memengaruhi peran penting dalam imunisasi. Jika mereka mengambil keputusan untuk tidak imunisasi ini akan memengaruhi ibu. Hal tersebut bisa membuat anak menjadi tidak dapat imunisasi.
“Jangan lupa di Indonesia ini, ayah merupakan pemegang keputusan. Kalau ibu mau (anaknya) diimunisasi dan ayahnya ‘tidak’, maka enggak terjadi itu. Jadi ayah penentu kebijakan,” jelasnya.