Suara.com - Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh penderita asma adalah kesalahpahaman dan mitos tentang kondisi mereka. Banyak dari mereka merasa sudah mengendalikan asma dengan baik, padahal sebenarnya situasinya belum terkendali sepenuhnya.
Ini adalah dampak dari kurangnya pemahaman yang mendalam tentang bagaimana mengelola asma dan mengurangi gejalanya. Dengan pengetahuan yang tepat, penderita asma dapat lebih leluasa menjalani kehidupan aktif yang mereka inginkan.
Meskipun sebagian mitos tentang asma dan perawatannya telah terbantah, tetapi masih ada beberapa yang bertahan hingga saat ini. Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan, mari kita bahas beberapa di antaranya:
Mitos: Cuka Sari Apel meningkatkan gejala asma
Baca Juga: Disorot Usai Bangkrut, Kurnia Meiga Kini Ditunjuk Jadi Model Iklan
Sejarah panjang penggunaan cuka sebagai obat tradisional memunculkan klaim bahwa cuka sari apel mentah dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim bahwa cuka sari apel dapat meningkatkan gejala asma.
Mitos: Penderita asma harus menghindari olahraga
Sebenarnya, latihan fisik yang teratur sangat penting untuk menjaga kekuatan, kekencangan, dan fleksibilitas otot. Walaupun asma dapat memicu selama latihan, hal ini biasanya terjadi di udara dingin atau ketika seseorang tidak mempersiapkan diri dengan baik. Dengan perencanaan yang tepat, latihan fisik dapat membantu meningkatkan kesehatan paru-paru.
Mitos: Penggunaan inhaler asma adalah solusi
Banyak penderita asma cenderung bergantung terlalu banyak pada inhaler sebagai obat pereda gejala. Ini dapat menyebabkan mereka merasa puas hanya dengan menggunakan obat pencegah saat merasa baik-baik saja. Namun, ini bisa berbahaya karena saat serangan asma kambuh, mereka mungkin mulai mengandalkan obat pereda secara berlebihan.
Baca Juga: Jangan Tertipu! Ini 5 Mitos Salah Kaprah Tentang Penyakit Ginjal
Mitos: Asma adalah penyakit keturunan
Meskipun asma memiliki komponen genetik, itu bukanlah penyakit yang secara langsung diturunkan dari orang tua ke anak. Asma lebih merupakan hasil dari sifat alergi yang diturunkan, bukan penyakit itu sendiri. Jadi, jika salah satu orang tua memiliki asma, anak mereka memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk mengembangkan asma, tetapi itu tidak berarti asma adalah penyakit keturunan dalam arti langsung.
Dengan memahami dan mengklarifikasi mitos-mitos tentang asma, kita dapat membantu masyarakat untuk mengambil langkah-langkah yang lebih tepat dalam mengelola kondisi ini dan meningkatkan kualitas hidup mereka.