Sering Dianggap Menggemaskan, Dampak Obesitas Intai Masa Depan Anak

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Senin, 11 Maret 2024 | 14:15 WIB
Sering Dianggap Menggemaskan,  Dampak Obesitas Intai Masa Depan Anak
Ilustrasi anak obesitasi (Freepik/maophotostocker)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof. Dante Saksono Harbuwono mencatat bahwa meskipun obesitas pada anak-anak sering kali terlihat lucu dan menggemaskan, namun ada risiko serius terkait sindrom metabolik, yang dapat menyebabkan penyakit jantung koroner, stroke, dan masalah pembuluh darah di kemudian hari.

Dalam acara "Multi-Stakeholders Dialogue" Peringatan Hari Obesitas Sedunia Tahun 2024 di Jakarta, Prof. Dante menekankan pentingnya kesadaran akan risiko obesitas pada anak-anak.

“Jadi, kalau kita membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, maka kita menyimpan tabungan anak tersebut untuk menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah di masa yang akan datang,” kata Prof. Dante dalam keterangannya. 

Ilustrasi obesitas - Kebiasaan Sepele yang Bikin Gemuk. (Pexels)
Ilustrasi obesitas - Kebiasaan Sepele yang Bikin Gemuk. (Pexels)

Dia menjelaskan bahwa kecenderungan obesitas pada anak sering kali berasal dari lingkungan keluarga, di mana pola hidup orang tua menjadi contoh bagi anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pola hidup sehat di dalam keluarga sebagai langkah pencegahan.

Baca Juga: Beda dari Betrand Peto, Interaksi Anak Tommy Kurniawan dengan Ibu Sambung Bikin Haru

Kementerian Kesehatan telah merilis pedoman gizi seimbang "Isi Piringku," yang menyarankan konsumsi lebih banyak protein daripada karbohidrat dalam setiap makanan. Protein penting untuk pertumbuhan anak-anak, dan mengurangi konsumsi karbohidrat dapat membantu mencegah obesitas.

Meskipun demikian, karbohidrat tetap penting untuk energi. Namun, Prof. Dante menekankan perlunya pembatasan konsumsi karbohidrat untuk mencegah obesitas pada anak-anak.

Menurut Riset Kesehatan Dasar, sekitar 1 dari 3 penduduk Indonesia mengalami obesitas, dan 1 dari 5 anak-anak mengalami kelebihan berat badan. Angka obesitas terus meningkat dalam satu dekade terakhir, disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan pola makan yang kurang sehat.

Dalam hal ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Dr. Eva Susanti, mengakui bahwa akses teknologi dan fasilitas yang memudahkan gaya hidup tidak sehat, seperti layanan pesan makan online dan ojek online, berkontribusi pada peningkatan obesitas.

Eva menekankan perlunya dukungan dari semua pihak, termasuk sektor publik dan swasta, serta masyarakat, dalam upaya pencegahan dan pengendalian obesitas. Dia mengatakan bahwa kesuksesan dalam mengatasi obesitas membutuhkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dari setiap individu.

Baca Juga: Depresi usai Bunuh Anak? SNF Ibu Muda di Bekasi Berkali-kali Jedotin Kepala di Penjara, Begini Kondisinya!

Peringatan Hari Obesitas Sedunia, yang jatuh pada tanggal 4 Maret, menjadi momen penting untuk meningkatkan kesadaran dan menggalang dukungan dalam upaya pencegahan obesitas. Tema global "Mari Berbicara tentang Obesitas" dan tema nasional "Ayo Lawan Obesitas" menekankan pentingnya kolaborasi dan tindakan bersama untuk mengatasi masalah ini. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI