Studi Terbaru: Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Depresi dan Anxiety 3 Kali Lipat pada Masyarakat Indonesia

Rabu, 28 Februari 2024 | 20:02 WIB
Studi Terbaru: Pemilu 2024 Tingkatkan Risiko Depresi dan Anxiety 3 Kali Lipat pada Masyarakat Indonesia
Ilustrasi depresi (Pexels.com/Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam pemaparan hasil studi itu, tim peneliti dan inisiator Kaukus yang terdiri dari Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, Prof. Dr. dr. Nila F Moeloek, Prof. Dr. Tjhin Wiguna, dan Kristin Samah ini menjelaskan secara metodologis survei ini memiliki tingkat keppercayaan sebesar 95 persen dan margin of error 2 persen, sehingga bisa dikatakan kredibel dan mewakili kondisi di masyarakat Indonesia.

"Temuan ini menunjukkan bahwa perlu ada intervensi dan mitigasi khusus di masyarakat. Orientasinya adalah mencegah supaya kecemasan dan depresi tidak memberat. Karena kita ketahui ansietas dan depresi ini adalah pintu masuk untuk gangguan jiwa serius bahkan bisa fatal, jadi dicegah,” ungkap Menteri Kesehatan RI 2014-2019, Prof. Nila F Moeloek sekaligus inisiator kaukus tersebut.

Lebih lanjut tim peneliti Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa merekomendasikan agar pemerintah dan segenap komponen masyarakat perlu menjadikan suasana komunitas untuk tidak berlarut-larut membahas aspek konflik dan perbedaan politik pasca pemilu.

Sebaliknya, perlu ada sudut pandang positif agar situasi pasca pemilu menjadi nyaman. Kaukus juga merekomendasikan penting adanya penguatan akses pelayanan kesehatan jiwa di tingkat komunitas dan layanan primer, termasuk membuka potensi konseling di puskesmas.

Survei hubungan kesehatan jiwa dengan pemilu 2024 ini menggunakan metode observasional kuantitatif dengan design cross sectional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner GAD-7 dan PHQ-9 untuk mengukur status kesehatan jiwa. Kuesioner dilengkapi dengan modifikasi peneliti untuk mengukur persepsi tentang pemilu dan status demografi.

Selain menemukan tingkat depresi dan ansietas, studi ini juga menemukan bahwa pemilu 2024 berhubungan erat dengan munculnya konflik diri, konflik external dan tekanan pihak lain dalam membuat pilihan.

Aspek konflik dengan pihak lain terbutki berpotensi menimbulkan depresi sedang-berat pada 31,3 persen responden dengan tingkat risiko 2,5 kali lipat. Sementara itu 4 dari 10 responden mengaku mendapat tekanan ketika harus memilih calon tertentu, dan akibatnya berisiko depresi sedang-berat hingga 3,3 kali lebih besar.

Studi juga menemukan sebanyak 40 persen responden mengalami depresi sedang-berat akibat tekanan dalam memilih calon tertentu dengan tingkat risiko hingga 3,3 kali lipat. Sehingga temuan ini penting ditindaklanjuti dengan menggali akar dan sumber konflik yang lahir dari proses pemilu 2024.

Baca Juga: Jumlah Suaranya Kerap Diungkit jadi Baterai HP, Ganjar Pranowo Tetap Bahagia, Ini Buktinya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI