Untuk mencegah PJB, Dr. Didi menyarankan ibu hamil mengonsumsi asam folat 0.8mg. Selain itu disarankan pula melakukan skrining secara berkala seperti skrining kelainan bawaan pada trimester 1.
"Kemudian pada trimester 2 dilakukan pemeriksaan Genetic Ultrasound serta Feto Echocardiography. Apabila ditemukan kecurigaan PJB, dokter spesialis kandungan akan bekerjasama dengan dokter spesialis jantung anak membahas kondisi jantung janin dan juga persiapan kelahiran bayi," terangnya.
Pemeriksaan Fetal Echocardiography, tambah Dr. Didi, kembali akan dilakukan oleh dokter spesialis jantung anak untuk menegakkan diagnosis dan menentukan penanganan bayi setelah lahir.
Di pemeriksaan ini, kata dia, akan melibatkan beberapa dokter spesialis seperti dokter spesialis anak neotatologi dan dokter spesialis bedah jantung anak.
"Penyakit Jantung Bawaan ada yang sembuh dengan sendirinya, namun ada juga yang harus menjalani tindakan intervensi, baik berupa terapi bedah seperti operasi paliatif Pulmonary Artery Banding pada kasus VSD besar, operasi ligase PDA, dan lain-lain, maupun terapi non-bedah seperti Balloon Atrial Septostomy (BAS) pada kasus TGA, pemasangan coil pada kasus VSD, ASD, PDA, dan tindakan lainnya," urai Dr. Didi merinci.
Dengan digelarnya Seminar Awam bertajuk "Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan sejak Janin, Bayi, dan Anak-anak" ini, CEO RS Premier Bintaro, Dr. Martha M.L. Siahaan, Prof Najib dan Dr. Didi berharap masyarakat semakin memahami pentingnya deteksi kelainan jantung anak sejak dalam kandungan.
"Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya penyakit jantung pada anak-anak. Jadi penyakit jantung memang tidak menyerang orang dewasa saja. Penyakit jantung pada anak-anak harus ditangani sedini mungkin agar tidak terlambat dan berakibat fatal, sehingga kita dapat memperbaiki kualitas generasi muda kita," tutupnya.