Waspada, Sakit Perut yang Seperti Ini Bisa Jadi Salah Satu Tanda Penyakit Autoimun

Jum'at, 16 Februari 2024 | 15:59 WIB
Waspada, Sakit Perut yang Seperti Ini Bisa Jadi Salah Satu Tanda Penyakit Autoimun
Ilustrasi sakit perut. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter penyakit dalam mengingatkan sakit perut bisa jadi salah satu gejala autoimun yang perlu diwaspadai. Mirisnya, kondisi ini sering diabaikan dan memperparah autoimun yang dialaminya.

Dijelaskan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Yovita Mulyakusuma, M.Sc, Sp.PD, Subsp. A.I.(K), FINASIM bahwa sakit perut yang terjadi berulang dan sering bisa jadi tanda penyakit autoimun dan perlu menjalani pemeriksaan mendalam.

"Saat ini, ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun yang sudah diketahui. Tidak semua penyakit autoimun menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan dan menimbulkan nyeri perut. Demikian juga sebaliknya, tidak semua nyeri perut diakibatkan oleh penyakit autoimun,"" ujar dr. Yovita melalui rilis yang diterima suara.com, Jumat (16/2/2024).

Ilustrasi sakit perut (freepik/topntp26)
Ilustrasi sakit perut (freepik/topntp26)

Autoimun adalah kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel tubuhnya sendiri, bahkan hingga merusak jaringan yang sehat. Kerusakan jaringan ini dapat terjadi pada suatu atau beberapa sistem organ, diantaranya sistem pencernaan yang bisa menimbulkan keluhan nyeri perut.

Baca Juga: Cita-Citata Akui Terkena Autoimun Setelah Suntik Putih: Bahaya Banget

Berikut adalah beberapa contoh dari penyakit autoimun yang dapat menyebabkan gejala nyeri perut:

1. Penyakit Celiac

Seseorang dengan penyakit celiac akan mengalami gangguan pencernaan ketika mengonsumsi makanan yang mengandung gluten, diantaranya roti dan juga pasta. Hal ini terjadi karena pada penyakit celiac akan terjadi reaksi secara berlebihan ketika tubuh mendapatkan gluten, sebuah protein yang terkandung pada jenis makanan tersebut.

Gejala umum sering didapatkan pada penyakit Celiac di antaranya diaare atau konstipasi, mual muntah, perut nyeri, begah dan kembung, kelelahan atau fatigue, penurunan berat badan

"Ada juga berbagai gejala lain yang tidak berhubungan dengan sistem pencernaan, yaitu: anemia, nyeri sendi, gatal-gatal, sariawan di mulut, sakit kepala, kesemutan, gangguan keseimbangan, infertilitas atau gangguan siklus menstruasi (pada wanita)," ujar dr. Yovita.

Baca Juga: Aming Alami Autoimun, Wajahnya Muncul Bentol Besar

2. Inflammatory bowel diseases (IBD)

IBD merupakan penyakit autoimun yang mengenai sistem pencernaan dan menyebabkan kerusakan atau inflamasi pada usus. IBD terdiri dari penyakit Crohn dan ulcerative colitis.

Gejala umum yang sering terjadi yaitu nyeri perut, diare, seringkali disertai darah, perdarahan pada anus, kelelahan, penurunan berat badan, demam dan anemia

Ilustrasi Sakit Perut (pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi Sakit Perut (pexels/Andrea Piacquadio)

Dokter yang juga Konsultan Alergi Imunologi Eka Hospital Cibubur itu mengakui autoimun sulit untuk disembuhkan, namun dengan pengobatan yang tepat dan modifikasi gaya hidup yang sehat dan sesuai dengan kondisinya, proses peradangan dapat diatasi dan diharapkan dapat segera tercapai remisi.

"Pengobatan yang diberikan tergantung dari jenis penyakit, gejala, tingkat keparahan, dan komplikasi yang ada. Pengobatannya dapat berupa pemberian obat untuk mengendalikan sistem imun, obat untuk mengurangi peradangan, obat untuk mengurangi gejala, suplemen, atau tindakan operasi," kata dr. Yovita.

Misalnya untuk penyakit Celiac, dokter akan menyarankan pasien menghindari makanan yang mengandung gluten, seperti makanan yang terbuat dari gandum, barley dan rhye. Bukan cuma makanan, suplemen yang mengandung gluten pun perlu dihindari. Selain itu, sebaiknya bertanya pada apoteker apakah suplemen atau vitamin tersebut mengandung gluten atau tidak.

Lain lagi halnya untuk penyakit autoimun IBD seperti Crohn’s Disease. Modifikasi pola makan dengan menghindari makanan yang tinggi serat, gula, dan makanan berlemak.

Di sisi lain pemberian obat-obatan oleh dokter dengan tujuan untuk meredakan peradangan, antibiotik, obat diare dan obat untuk meredakan gejala lainnya, pengganti cairan tubuh. Tapi pada kondisi tertentu, pasien tetap memerlukan tindakan operasi.

"Prosedur operasi ini dilakukan untuk mengangkat saluran pencernaan yang sering mengalami peradangan. Meski tidak menyembuhkan, prosedur ini dapat mengurangi kambuhnya nyeri perut akibat IBD," pungkas dr. Yovita.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI