Ini Pentingnya Memonitor Kondisi Pasien Gagal Jantung Secara Berkala

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 01 Februari 2024 | 09:05 WIB
Ini Pentingnya Memonitor Kondisi Pasien Gagal Jantung Secara Berkala
Ilustrasi seorang pria mengalami gagal jantung (Freepik/freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Berdasarkan data European Society of Cardiology, satu dari 5 orang di dunia memiliki resiko mengalami gagal jantung, dan angka prevalensi ini meningkat seiring penambahan usia. Menurut International Journal of Cardiology tahun 2016, di Indonesia sendiri terdapat lebih dari tiga belas juta orang yang mengalami gagal jantung.

Ahli jantung dari Primaya Hospital, dr Rony M Santoso SpJP (K) FIHA mengatakan, penyakit gagal jantung ditandai dengan keluhan sesak nafas dan bengkak pada kedua kaki, yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi pompa jantung.

"Dikarenakan saat ini belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan secara total, kondisi gagal jantung hanya dapat dimonitor secara berkala serta menjaga gaya hidup untuk mencegah terjadinya kemunduran," jelas dia dalam perkenalan HFM (Heart Failure Monitor) di Primaya Hospital Tangerang, Selasa (30/1/2024).

Untuk memudahkan hal tersebut, (Heart Failure Monitor), teknologi untuk memonitor pasien gagal jantung dari jarak jauh pertama di Indonesia diperkenalkan. 

Baca Juga: Kenali! 10 Gejala Penyakit Gagal Jantung yang Sering Disepelekan Masyarakat

HFM merupakan sebuah perangkat digital yang bermanfaat untuk pemantauan jarak jauh pasien gagal jantung, yang bekerja dengan cara mendeteksi gejala yang signifikan pada pasien gagal jantung, sehingga dapat dilakukan tindakan intervensi atau penanganan dengan cepat dan tepat.

HFM (Heart Failure Monitor) Teknologi Canggih Untuk Memonitor Kondisi Pasien Gagal Jantung (Suara.com/Dinda R)
HFM (Heart Failure Monitor) Teknologi Canggih Untuk Memonitor Kondisi Pasien Gagal Jantung (Suara.com/Dinda R)

Bekerjasama dengan SPACE Singapore, HFM merupakan sebuah perangkat medis berbasis AI (Artificial Intelligence) berbentuk seperti stetoskop yang disambungkan ke aplikasi handphone. Alat ini bekerja dengan mendeteksi kelebihan cairan pada paru-paru, yang merupakan gejala umum gagal jantung hanya dalam kurun waktu 30 detik setelah diletakan di dada pasien. 

"Hasil deteksi dari perangkat tersebut akan masuk ke dalam aplikasi handphone untuk kemudian dapat dianalisa oleh dokter dan diberikan penanganan yang tepat," pungkasnya.

Alat ini telah dites dengan lebih dari 3000 rekaman dari pasien gagal jantung dari Tan Tock Seng Hospital yang merupakan bagian dari Singhealth Group dari Singapore dan Primaya Hospital, dengan hasil akurasinya mencapai lebih dari 90%. 

Lebih lanjut dr. Rony mengungkap jika ada lebih dari 100 pasien gagal jantungnya yang telah menggunakan HFM untuk memantau kondisi penyakitnya di rumah. Penggunaan alat ini bermanfaat bagi pasien untuk memantau kondisinya secara berkala, dan sewaktu ada kekhawatiran terkait kondisinya.

Baca Juga: Tidak Pandang Usia, Kenali Penyakit Gagal Jantung Beserta Penyebabnya

"Alat tersebut akan memberikan notifikasi kepada dokter yang merawatnya ketika dibutuhkan. Hal tersebut akan menenangkan pasien setelah mereka pulang dari rumah sakit dan saat dalam kondisi sendiri di rumah maupun saat dalam perjalanan," pungkasnya.

HFM juga bermanfaat untuk para dokter karena mereka diberikan data-data mengenai keluhan pasiennya, yang bertujuan bukan hanya untuk intervensi sesaat namun juga manajemen penyakit dengan lebih efektif, dimana pada saat ini masih sulit dilakukan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI