Ingin Lakukan Pengobatan Alternatif untuk Kanker? Dokter Ginekologi Ingatkan Hal Ini

Senin, 22 Januari 2024 | 14:45 WIB
Ingin Lakukan Pengobatan Alternatif untuk Kanker? Dokter Ginekologi Ingatkan Hal Ini
Ilustrasi Kanker (Pexels.com/Anna Tarazevich)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di saat pengobatan kanker kian maju, tapi masih banyak pasien yang mengandalkan pengobatan herbal. Hasilnya kondisi ini disebut bisa memperparah sel kanker, benarkah?

Konsultan Senior Onkologi Medis Parkway Cancer Centre, Dr. Khoo Kei Siong tidak merekomendasikan pengobatan herbal karena hingga saat ini tidak ada bukti pasti pengobatan herbal punya hasil baik untuk penanganan kanker.

"Pengobatan herbal untuk kanker kita masih belum bisa mengetahuinya, apakah bisa memberikan manfaat atau hasil buruk tidak ada bukti, karena hasilnya tidak diketahui, direkoemndasikan untuk tidak dilakukan," ujar Dr. Khoo melalui keterangan yang diterima suara.com, Sabtu (20/1/2024).

Ilustrasi kanker (Pixabay/PDpics)
Ilustrasi kanker (Pixabay/PDpics)

Dokter yang juga wakil direktur medis Parkway Cancer Centre itu mengkhawatirkan pengobatan herbal ini bisa berinteraksi khusus dengan terapi atau pengobatan yang diberikan dokter. Tapi Dr. Khoo mengakui jika pengobatan herbal merupakan tradisi turun temurun sehingga banyak diterima masyarakat.

Baca Juga: Bantu Wanita dengan Keterbatasan Akses, SILO Gelar Program Selangkah 2024

"Secara kultur bisa diterima, tapi jika hanya andalkan obat herbal saja, tidak mau kemoterapi dan terapi homon saya merasa concern dan khawatir," jelas Dr. Khoo.

Pakar kesehatan yang memiliki minat subspesialis bidang kanker payudara dan kanker ginekologi itu menceritakan kejadian nyata salah satu teman dokternya menangani pasien kanker yang memiliki benjolan di leher, setelah tindakan biopsi dipastikan jika itu merupakan sel kanker.

Tapi sayangnya, pasien itu telah lebih dulu mendengar cerita buruk tentang kemoterapi, dan akhirnya pilih menjalani pengobatan herbal. Nahasnya, setelah 2 bulan berlalu dilakukan pengobatan herbal, benjolan semakin membesar.

"Tapi menurut terapis herbalnya, kejadian tersebut mengatakan itu kondisi normal dan menandakan sel kanker serang dimatikan. Lalu diminta dilanjutkan terapinya. Mirisnya saat pengobatan terjadi perburukan kulitnya terlepas dari benjolan," papar Dr. Khoo.

Selanjutnya, setelah keluar cairan dari benjolan, lagi-lagi herbalis mengaku obat herbal sedang bekerja, yang hasilnya pasien merasa semakin kesakitan barulah kembali melanjutkan pengobatann ke dokter ginekologi, meski kanker sudah tahap tingkat lanjut.

Baca Juga: Riwayat Pendidikan Dokter Tirta yang Mantap Dukung Anies, IPK di Gelar Barunya Jadi Sorotan

"Sempat membaik berkat terapi kanker yang dijalani, tapi kondisinya sudah berat lalu kanker muncul kembali, hingga akhirnya pasien meninggal dunia,'" ceritanya.

Dari peristiwa ini, Dr. Khoo mengingatkan jika ingin menjalani pengobatan tradisional untuk kanker dipersilahkan, tapi tetap wajib mencari alternatif terapi dengan terus melakukan monitor pada perubahan sel kanker, dan pastikan tidak ada peningkatan sel kanker.

"Harus ada second opinion juga," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI