Marak Vaksin Polio Bikin Lumpuh, Guru Besar FKUI Minta Capres-Cawapres Juga Serius Bahas Kesehatan

Rabu, 17 Januari 2024 | 09:04 WIB
Marak Vaksin Polio Bikin Lumpuh, Guru Besar FKUI Minta Capres-Cawapres Juga Serius Bahas Kesehatan
Ilustrasi seorang bayi yang mendapatkan vaksin polio (Instagram/wagtnews)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Infeksi polio masih mengancam anak-anak Indonesia. Desember 2023 lalu, Indonesia bahkan melaporkan dua kasus anak terinfeksi virus polio tipe 2 yang berasal dari vaksin atau Circulating vaccine-derived poliovirus type 2 (cVDPV2) ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kementerian Kesehatan juga mendapatkan laporan ditemukannya tiga penyakit kasus lumpuh layu akut (Acute flaccid paralysis/AFP) yang disebabkan oleh Virus Polio Tipe Dua. Dua kasus itu ditemukan di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur pada Desember lalu, sedangkan satu kasus lainnya ditemukan di Jawa Timur pada 4 Januari 2024.

Di tengah tahun politik jelang pemilihan presiden, para paslon capres dan cawapres diminta untuk juga serius dalam membahas kesehatan masyarakat, termasuk kasus polio. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama

"Semoga juga para paslon capres dan cawapres kita memberi perhatian penting dalam program kerjanya untuk kesehatan bangsa, selain yang sudah amat banyak di bahas tentang politik, hukum, ekonomi, pertahanan dan lainnya," kata prof Tjandra dalam keterangannya kepada suara.com, Selasa (16/1/2024).

Baca Juga: Cegah Penyebaran Cacar Monyet di Jakarta, Dinkes DKI Suntikkan Vaksin ke 452 Orang

Ilustrasi serba-serbi vaksin polio (Pexels)
Ilustrasi serba-serbi vaksin polio (Pexels)

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menyampaikan bahwa kejadian polio di Indonesia dalam bentuk cVDPV yang kembali berulang jadi pembelajaran bahwa perlu juga dilakukan pencegahan, selain pengobatan. 

"Kesehatan bukan hanya mengobati yang sudah jatuh sakit, bukan hanya membangun rumah sakit internasional, tetapi juga harus memperkuat pelayanan kesehatan primer di pedesaan, mewujudkan higiene dan sanitasi , perumahan yang layak, melakukan kegiatan promotif preventif antara lain dengan vaksinasi serta mencegah bersirkulasinya virus atau bakteri penyebab penyakit," tuturnya.

Lantas apa sebenarnya fenomena Circulating vaccine-derived poliovirus yang mengenai anak-anak Indonesia?

Termasuk Kejadian Langka

Di media sosial beredar kabar kalau vaksin polio yang menyebabkan anak-anak jadi terinfeksi virus itu meruoakan produksi yang dibiayai dana Bill Gates, pengusaha Amerika Serikat. Akan tetapi, belum ada kebenaran terkait hal tersebut. 

Baca Juga: Cakupan Vaksinasi Dewasa Masih Kurang Optimal, Begini Strategi Memperluas Jangkauan

Prof Tjandra sendiri menjelaskan kalau Vaccine-derived poliovirus merupakan situasi di mana strain virus polio dalam vaksin tetes, atau Oral Polio Virus (OPV), mengalami mutasi begitu dimasukan ke dalam tubuh anak.

Diketahui bahwa OPV memang mengandung virus polio yang dilemahkan. Bila masuk ke sistem pencernaan, maka akan membentuk imunitas dengan pembentukan antibodi. 

Tetapi, pada kejadian langka, strain OPV dapat berubah secara genetik atau bermutasi dan mungkin saja beredar di komunitas yang tidak mendapat vaksinasi polio secara lengkap, khususnya pada area yang kebersihan dan sanitasinya buruk. 

"WHO menyebutkan bahwa makin rendah imunitas penduduk maka makin lama “vaccine-derived poliovirus” beredar dan makin bertambah kemungkinan perubahan genetiknya," imbuh prof Tjandra.

Pada keadaan yang sangat jarang juga, “vaccine-derived poliovirus” dapat berubah secara genetik dan menyebabkan kasus lumpuh layu atau paralysis, seperti yang sekarang terjadi di benerapa daerah.

Prof Tjandra menyebut, gejala lumpuh layu sama seperti kasus yang terinfeksi virus polio secara umumnya, yang disebut “wild poliovirus”. 

Menurutnya, dengan ditemukannya kejadian “vaccine-derived poliovirus (VDPV)” di dua daerah berbeda, dalam jarak waktu relatif singkat 2 bulan, serta ke duanya terkait secara genetikal, itu menunjukkan bukti masih terjadi penularan polio di masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI