Istilah Erotomania Jadi Perbincangan, Ini Gejala dan Orang-Orang yang Berisiko Mengalaminya

Vania Rossa Suara.Com
Rabu, 10 Januari 2024 | 15:46 WIB
Istilah Erotomania Jadi Perbincangan, Ini Gejala dan Orang-Orang yang Berisiko Mengalaminya
Ilustrasi erotomania. (unsplash.com/@kellysikkema)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Istilah erotomania ramai diperbincangkan di media sosial setelah akun @tanyarlfes di platform X mengunggah sebuah fakta mengejutkan tentang gangguan kesehatan mental tersebut, pada Minggu (7/1/2024).

Akun tersebut mengunggah gambar seorang dokter yang terlihat sedang melakukan presentasi. Di dalam gambar tersebut, terdapat tuliskan "Erotomania adalah sejenis gangguan kejiwaan yang menyebabkan seseorang meyakini bahwa orang lain menaruh cinta pada dirinya, padahal kenyataannya tidak."

Dalam caption, akun tersebut pun menulis, "Heol fakta macam apa ini?" disertai dengan tiga buah emoji menangis.

Unggahan tersebut langsung diramaikan oleh warganet yang menyukai, repost, dan memberi komentar. Hingga saat ini. terlihat kalau unggahan itu sudah disukai oleh 20 ribu orang, di-repost sebanyak 2.600 kali, dan dikomentari oleh hampir 1.000 warganet.

Baca Juga: Ramai di Medsos, Mengenal Erotomania dan Bahayanya

Pengertian Erotomania

Mengutip Halodoc, erotomania adalah gangguan kesehatan mental di mana pengidapnya akan merasa bahwa ada orang lain yang sangat mencintainya.

Orang lain yang dimaksud bisa berasal dari kalangan selebritis, teman di lingkungan sosial, atau orang yang baru saja ditemuinya.

Namun, perasaan tersebut nyatanya hanyalah sebuah delusi. Bahkan, disebutkan bahwa dalam kebanyakan kasus gangguan ini, pengidapnya belum pernah bertemu dengan orang yang dianggap menyukainya.

Gara-gara delusi tersebut, penderita erotomania akan berpikir bahwa orang tersebut menyukai dan tertarik untuk mengenal dirinya, padahal kenyataannya tidak. Bahkan, penderita tidak akan ragu untuk menceritakan kisah yang diciptakannya sendiri untuk meningkatkan harga diri agar merasa lebih nyaman.

Baca Juga: Bahas Kesehatan Mental di Buku Mengapa Tidak Pernah Ada yang Memberitahuku

Faktor Risiko Erotomania

Kondisi erotomania berisiko terjadi ketika seseorang telah memiliki riwayat gangguan kesehatan mental sebelumnya. Ada beberapa penyakit gangguan mental yang bisa memicu seseorang mengidap kondisi ini, di antaranya schizophrenia, demensia, dan gangguan bipolar.

Selain itu, tumor pada otak juga dapat menyebabkan gangguan yang pada akhirnya memicu kondisi ini.

Begitu pula dengan orang-orang yang menggunakan alkohol atau obat-obatan terlarang, mereka berisiko lebih tinggi untuk mengalami erotomania.

Secara umum, berikut beberapa faktor pemicu gangguan erotomania, yaitu:

  • Berjenis kelamin wanita.
  • Memiliki rasa percaya diri yang rendah.
  • Merasakan kesepian atau penolakan.
  • Mengisolasi diri.
  • Tidak mampu menerima sudut pandang orang lain.

Gejala Erotomania

  1. Keyakinan salah bahwa seseorang tertarik, menyukai, atau mencintai dirinya.
  2. Membicarakan orang yang dianggap menyukainya terus menerus.
  3. Terobsesi untuk bertemu atau melakukan komunikasi dengan orang yang dipikir menyukainya, agar bisa bersama.
  4. Jika orang yang dianggap menyukainya itu adalah selebritis, pengidap akan terus menerus mengirim surat, mem-posting foto, hingga mengirimkan hadiah.
  5. Kerap menjalin komunikasi dengan orang yang dianggap menyukainya.
  6. Merasa orang yang suka padanya membuat komunikasi melalui tatapan mata hingga gerakan tubuh.
  7. Merasa cemburu dengan lingkungan sekitar, kerabat, keluarga, hingga pasangan yang berada di dekat orang tersebut.
  8. Merasa kecewa saat orang terdekat menyadari bahwa perasaan yang pengidapnya rasakan salah dan keliru.

Lalu, apakah erotomania berbahaya? Ya, gangguan kesehatan mental ini bisa menjadi kondisi yang berbahaya, lantaran kondisi ini kerap tidak disadari oleh pengidapnya maupun keluarga di sekitarnya.

Meskipun tidak ada pemeriksaan khusus yang bisa mendiagnosis erotomania, tetapi psikolog atau psikiater dapat membantu untuk mengatasi kondisi ini dengan tepat, misalnya lewat terapi dan obat resep.

Dan jika tidak diatasi dengan baik, erotomania dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental yang lebih buruk. Bahkan, gangguan ini dapat menjadi kondisi yang membahayakan bagi orang yang dianggapnya menyukai pengidap erotomania.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI