Ahli Ungkap Nyamuk Ber-Wolbachia Terbukti Turunkan Insiden Dengue 77 Persen, Bahaya Nggak Buat Lingkungan?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Rabu, 20 Desember 2023 | 20:05 WIB
Ahli Ungkap Nyamuk Ber-Wolbachia Terbukti Turunkan Insiden Dengue 77 Persen, Bahaya Nggak Buat Lingkungan?
Ilustrasi Nyamuk, Gigitan Nyamuk Wolbachia (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain COVID-19, kasus demam berdarah dengue (DBD) juga meningkat. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan RI, dr. Imran Pambudi MPHM, memaparkan bahwa tahun ini, memang merupakan siklus 5 tahunan penyakit yang pertama kali ditemukan di Indonesia pada 1968 ini.

"Tiap lima tahun ada lonjakan kasus dengue, berkaitan dengan fenomena El Nino. Sejak kita mendapat info dari BMKG mengenai El Nino kita langsung melakukan mitigasi untuk pencegahan DBD, dan hasilnya cukup memuaskan,” tuturnya. 

Hal ini terlihat dari penurunan kasus dengue dibandingkan tahun lalu. Pada 2022, tercatat ada 143.000 kasus dan 1.236 kematian, sedangkan tahun ini hanya terjadi 85.900 kasus dan 683 kematian.

Secara garis besar, intervensi yang bisa dilakukan, untuk menekan dengue semdiri kata dia ada tiga. Pertama adalah intervensi pada lingkungan, intervensi pada vektor (nyamuk), dan intervensi pada manusia.

Intervensi pada lingkungan misalnya dengan pemberantasan sarang nyamuk, dan intervensi pada manusia misalnya dengan vaksinasi dan memakai baju lengan panjang di daerah endemis dengue.

Adapun intervensi pada vektos misalnya menggunakan zat kimia seperti abate untuk larvasida, dan fogging atau obat semprot sebagai insektisida.

"Intervensi vektor yang ketiga yaitu dengan teknologi nyamuk ber-Wolbachia," tandas dr. Imran. Ia menjelaskan, telah terbukti bahwa penyebaran nyamuk A. aegypti ber-Wolbachia memberikan dampak positif bagi penurunan kasus dengue.

Teknologi Nyamuk Ber-Wolbachia

Pilot project nyamuk ber-Wolbachia dilakukan di Yogyakarta. Wolbachia adalah bakteri alami yang biasa hidup dalam tubuh serangga. Wolbachia jelas dia tidak mengubah karakter nyamuk. Tidak ada perbedaan bermakna antara nyamuk ber-Wolbachia di wilayah intervensi dengan nyamuk alami di wilayah kontrol.

Baca Juga: Penanganan DBD dengan Nyamuk Wolbachia Lebih Hemat Rp 200 Juta Dibandingkan Fogging, Kok Bisa?

"Sebelum kami melakukan penelitian tersebut dalam skala besar, kami lakukan dulu pengkajian selama enam bulan yang melibatkan 20 orang ahli dari berbagai bidang. Termasuk di antaranya bidang virologi, mikrobiologi, ahli serangga, ahli biodiversitas, dokter anak, psikologi, hingga ilmu sosial,” jelas dr. Riris Andono Ahmad, MD., MPH, Ph.D, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat & Keperawatan UGM.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI