Menopause Bisa Sebabkan Vagina Kering dan Infeksi Saluran Kencing, Gimana Cara Mencegahnya?

Selasa, 05 Desember 2023 | 12:01 WIB
Menopause Bisa Sebabkan Vagina Kering dan Infeksi Saluran Kencing, Gimana Cara Mencegahnya?
Ilustrasi perempuan mengalami menopause. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak perempuan merasa menopause membuat hidupnya seolah terhenti, yang hasilnya rentan stres dan depresi. Apalagi jika sudah menyebabkan vagina kering, kira-kira solusinya gimana ya?

Menopause adalah proses biologis yang terjadi pada semua perempuan, yang awalnya ditandai dengan perimenopause. Pada masa perimenopause, seorang perempuan akan mengalami beberapa gejala, dan gejala tersebut termasuk vagina kering akan bertahan ataupun bertambah bahkan saat menopause terjadi.

Dijelaskan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Klinik Health 360, dr. Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.OG kondisi perubahan fisik drastis pada perempuan menopause disebabkan penurunan hormon reproduksi yaitu estrogen. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit.

"Yang pertama, bahaya terbesar yang mereka hadapi setelah menopause sebenarnya adalah penyakit jantung. Alasan utamanya karena salah satu tugas estrogen adalah membantu menjaga pembuluh darah tetap fleksibel, sehingga berkontraksi dan melebar untuk mengakomodasi aliran darah. Begitu estrogen berkurang saat menopause, fungsi ini pun akan menurun,” jelas dr. Yeni dalam rilis yang diterima suara.com, Selasa (5/12/2023).

Baca Juga: Dokter Boyke Ungkap Titik Rangsang Wanita Bisa Berubah Ketika Menopause, Kenapa Bisa Begitu?

Ilustrasi vagina kering karena menopause. (Shutterstock)
Ilustrasi vagina kering karena menopause. (Shutterstock)

Selain penyakit jantung, beberapa penyakit yang risikonya semakin meningkat saat menopause yaitu osteoporosis (sebelum menopause, tulang wanita dilindungi oleh estrogen sehingga fungsi ini akan hilang).

Lalu ada juga obesitas kare a menopause menyebabkan tubuh bertambah gemuk dan kehilangan massa jaringan tanpa lemak. Lalu Infeksi Saluran Kemih atau ISK, kondisi ini diakibatkan vagina kering dan tipis saat menopause yang hasilnya menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang.

Terakhir yakni inkontinensia urin atau lapisan estrogen yang hilang pada lapisan kandung kemih membuat otot vagina mengendur, yang hasilnya keinginan buang air kecil lebih sering dan tidak bisa ditahan.

Kalau sudah mengalami ini, maka akan sangat menganggu terlebih bagi perempuan lansia yang masih aktif bekerja atau berkegiatan. Inilah sebabnya dr. Yeni mengingatkan tidak meremehkan menopause karena bisa membahayakan. Khusus untuk vagina kering dan otot vagina kendur, dr. Yeni menyarankan sebelum menopause menjalani terapi hormon.

“Jika mengalami gejala dan efek yang berat sebelum, saat, dan setelah menopause, tentu ada terapi yang bisa dilakukan. Misalnya terapi hormon, di mana terapi estrogen bisa jadi pilihan pengobatan paling efektif untuk meredakan hot flashes menopause serta memperbaiki beberapa fungsi tubuh. Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila diberikan topikal: melalui kulit, selaput lendir atau vagina,” kata dr. Yeni.

Baca Juga: Resep Herbal Cegah Menopause Dini dan Haid Lancar Ala Zaidul Akbar: Cuma Modal Serai!

ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)
ilustrasi menopause sebabkan vagina kering. (Shutterstock)

Berikutnya ada juga terapi vaginal estrogen untuk mengatasi vagina kering, terapi antidepresan dosis rendah, gabapentin, clonidine, fezolitenant, dan pengobatan yang berkaitan langsung dengan gejala penyakit yang muncul.

Terapi hormon untuk keluhan menopause merupakan pengobatan utama untuk menopause. Namun perlu dilakukan skrining terlebih dahulu, terutama untuk mengetahui apakah ada potensi kanker atau tidak di dalam tubuh.

Selain itu menopause juga bisa menganggu kesehatan mental perempuan seperti kurang percaya diri dan depresi karena disebabkan kondisi fisik alami obesitas di mana lingkar perut lebih dari 80 centimeter, siklus menstruasi yang tidak seperti biasa, vagina kering, semburan panas atau hot flashes, demam, keringat pada malam hari dan gangguan tidur.

"Perubahan metabolisme, rambut rontok, payudara mengendur, tekanan darah meningkat, kolesterol dan gula darah meningkat, hingga akhinyra bisa mempengaruhi kondisi mental mereka,” bebernya.

Bahkan kata dr. Yeni gejala-gejala tersebut bahkan terjadi beberapa tahun sebelum menopause dan terus berlanjut bahkan setelah menstruasi berhenti1.

“Setiap perempuan biasanya menghadapi risiko unik berdasarkan genetika dan faktor lainnya. Sehingga, sangat penting bagi perempuan untuk memahami cara melindungi diri dari meningkatnya risiko kesehatan lain setelah menopause," pungkas dr. Yeni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI