Belajar dari Pengalaman Sarwendah Rawat Ruben Onsu di ICU, Ini 4 Tips Berkomunikasi Efektif Hindari Kondisi AMR Pasien

Dinda Rachmawati Suara.Com
Kamis, 30 November 2023 | 15:34 WIB
Belajar dari Pengalaman Sarwendah Rawat Ruben Onsu di ICU, Ini 4 Tips Berkomunikasi Efektif Hindari Kondisi AMR Pasien
Ruben Onsu dan Sarwendah. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ruben Onsu pernah menjalani perawatan di ruang ICU pada Juni 2022, lalu akibat terserang penyakit empty sella syndrome, yakni penyakit yang terjadi ketika kelenjar pituitari di dalam otak mengecil atau tertekan.

Sebagai seorang istri, Saewendah tentu merasa khawatir dengan kondisi sang suami. Selain merawat Ruben Onsu dengan penuh kasih, ibu tiga orang anak ini mengaku proaktif terhadap dokter yang merawat suaminya. 

Berdasarkan dari pengalaman, kata Sarwendah, komunikasi adalah kunci untuk kesembuhan pasien. Hal inilah yang dirasakan langsung saat ia merawat Ruben Onsu. 

"Ketika suami saya dirawat di ICU, saya berkomunikasi intens dengan dokter untuk mengetahui perkembangannya, serta memahami obat-obatan yang diberikan. Jangan sampai, kita tidak mengetahui perawatan yang diberikan pada anggota keluarga sendiri, terlebih lagi tentang penggunaan antibiotik,” ujarnya pada acara webinar.

Baca Juga: Catat! 6 Tips Sukses Taklukkan Tes Wawancara Beasiswa

Potret Ultah Ruben Onsu ke-39 (instagram/@ruben_onsu)
Potret Ultah Ruben Onsu ke-39 (instagram/@ruben_onsu)

“Dokter membantu saya memahami tentang penggunaan antibiotik yang tepat, agar pasien bisa sembuh dan tidak terkena AMR. Pengetahuan tentang AMR sangat penting karena berdampak pada perawatan kesehatan jangka panjang pasien. Saya ingin agar pengalaman saya dapat menjadi inspirasi bagi orang lain untuk memahami dampak AMR dan cara mencegahnya,” tambahnya.

AMR atau resisten antimikroba adalah suatu kondisi di mana mikroba penyebab infeksi pada tubuh pasien sulit untuk dilawan oleh obat antibiotik, antivirus atau antijamur; dan akhirnya menyebabkan pasien sulit sembuh dan perlu dirawat lebih lama. 

Risiko resisten antimikroba sendiri pada pasien yang dirawat di ICU sangat tinggi. Untuk itu, penggunaan antibiotik secara bijak dan rasional pada pasien menjadi amat penting. Pemahaman untuk mencegah risiko resisten antimikroba pada pasien ICU perlu ditingkatkan, baik pada masyarakat umum maupun tenaga kesehatan.

Terkait hal ini, Sarwendah menyampaikan empat tips berkomunikasi yang efektif untuk menghindari AMR di ICU yang dapat dilakukan pasien atau keluarganya ketika berdiskusi dengan tenaga kesehatan.

1. Buka percakapan setelah tindakan darurat usai

Baca Juga: Jadikan Motor Trail Tunggangan Harian, Ini Tips Bisa Sat-Set di Jalan Aspal Tanpa Terpeleset

Ketika pasien baru masuk ke ICU, prioritas tenaga kesehatan adalah menstabilkan kondisi dan menyelamatkan nyawa pasien. Oleh karena itu, bisa terkesan tenaga kesehatan belum menyediakan waktu untuk melayani keluarga pasien untuk berdiskusi. 

Pada kondisi ini, sebaiknya keluarga pasien memberikan waktu dan ruang bagi tenaga kesehatan untuk bekerja. Setelah tindakan darurat selesai dan kondisi pasien cenderung stabil, keluarga pasien bisa mulai bertanya kepada tenaga kesehatan terkait tentang kondisi terkini dan semua tindakan yang baru saja dilakukan terhadap pasien. 

Keluarga juga bisa bertanya tentang pengobatan yang akan diberikan selanjutnya, terutama pemberian antibiotik empirik pada awal masa perawatan. 

2. Pahami bahwa menerima informasi adalah hak pasien

Sebagaimana diatur pada Permenkes RI 290/2008, pasien berhak untuk menerima informasi yang lengkap mengenai rekomendasi medis dari tenaga kesehatan.

Di sisi lain, tenaga kesehatan pun memiliki kewajiban untuk memberikan informasi dan melakukan edukasi kepada pasien. Maka, mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara detail seputar beberapa topik, misalnya penggunaan antibiotik, perkembangan kondisi pasien, dan risiko terjadinya resistansi AMR pada pasien adalah hal yang normal, bahkan positif.

3. Memperhatikan etika bertanya

Bertanyalah pada tenaga kesehatan dengan sabar, agar penjelasan dapat diberikan secara lengkap dan dipahami dengan baik.

Jika tenaga kesehatan terlihat begitu sibuk sehingga susah mencari kesempatan untuk bertanya tentang perawatan pasien di ICU, maka keluarga pasien bisa membuat perjanjian tentang waktu yang tepat untuk bertanya dan berdiskusi tentang kondisi terkini pasien dengan tenaga kesehatan terkait.

Dengan begitu, pihak keluarga pasien pun bisa memperkirakan waktu dan menyiapkan pertanyaan yang lebih matang pada saat diskusi berlangsung. Baik keluarga pasien maupun tenaga kesehatan tentu menginginkan yang terbaik untuk pasien, jadi tidak ada salahnya saling menjaga etika dalam berinteraksi.

4. Usahakan agar terlibat aktif dalam pengambilan keputusan medis

Setelah tenaga kesehatan memberikan rekomendasi medis, pihak keluarga pasien bisa bertanya lebih jauh atau meminta penjelasan atas hal-hal yang kurang dipahami. 

Pihak keluarga pasien perlu memahami secara utuh tentang diagnosis, tindakan medis, komplikasi, risiko, dan pilihan-pilihan tindakan, sebelum memberikan persetujuan. Terutama terkait pemberian antibiotik, pihak pasien bisa bertanya lebih jauh mengenai alasan, jenis, dosis, lama penggunaan, manfaat, dan risiko terkait penggunaan antibiotik tersebut di ICU.

Sepakat dengan Sarwendah, Dokter Spesialis Anestesi dan Konsultan Perawatan Intensif, dr. Pratista Hendarjana, juga menyetujui komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga kesehatan dapat mempercepat proses pengobatan di ICU.

Lebih lanjut, ia juga menyampaikan bahwa di tengah kondisi pasien yang sangat lemah, tugas dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah untuk memastikan bahwa pesan tentang perawatan dan penggunaan antibiotik yang rasional, serta disampaikan dengan jelas, dan dapat dipahami oleh pasien maupun keluarganya. 

Oleh karena itu, beliau mengajak para dokter dan tenaga kesehatan untukmemberikan perhatian khusus pada kualitas komunikasi dengan pasien, terutama di lingkungan ICU di mana perawatan seringkali kritis dan kompleks.

"Ini bukan hanya tentang memberikan informasi saja, tetapi juga tentang mendengarkan. Pasien di ICU sering kali dalam kondisi yang memerlukan pemahaman dan kehadiran ekstra dari tim perawatan.” pungkasnya.

Ini sejalan dengan yang dilakukan Pfizer Indonesia bekerjasama dengan Indonesia One Health University Network (INDOHUN), serta pakar kesehatan dan komunitas pasien, yang menyosialisasikan gerakan #JitudiICU untuk mendorong penggunaan antibiotik yang bijak dan rasional di unit perawatan intensif (ICU). 

"Kami harap gerakan ini dapat meningkatkan kesadaran publik dan para pemangku kepentingan terkait untuk menekan risiko terjadinya AMR," tutup Nora T. Siagian, Presiden Direktur Pfizer Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI