Studi: 2 Tahun Berturut-turut Polusi Udara Jabodetabek Terus Memburuk

Sabtu, 25 November 2023 | 12:06 WIB
Studi: 2 Tahun Berturut-turut Polusi Udara Jabodetabek Terus Memburuk
Ilustrasi polusi udara. (freepik/rawpixel.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Polusi udara di Jabodetabek yang kian memburuk bukan sekadar klaim asal-asalan. Hal ini rupanya dibuktikan langsung oleh tim peneliti dari Kementerian Kesehatan.

Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara, Kemenkes, Dr. Agus Dwi Susanto mengungkap selama 2 tahun polusi udara Jakarta dan Bodebek masuk kategori buruk alias melebihi batas WHO.

Dijelaskan Dr. Agus berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, udara masuk kategori tidak sehat jika AQI (indeks kualitas udara) berada di angka 151 hingga 200. Sedangkan, udara sangat tidak sehat di angka 201 hingga 300.

"Jadi dalam 2 tahun terakhir di Jabodetabek, tren polusi udara melebihi batas aman WHO," ujar Dr. Agus dalam acara Bicara Udara di Auditorium Wisma Barito Pacific II, Tomang, Jakarta, Jumat (24/11/2023).

Ilustrasi polusi udara (Pexels.com/Natalie Dmay)
Ilustrasi polusi udara (Pexels.com/Natalie Dmay)

Ia juga menambahkan, kondisi ini diperparah dengan data pemantauan kualitas udara di Jabodetabek 14DMA, yang menunjukan di DKI Jakarta terjadi tren penyakit pernapasan dalam satu tahun terakhir.

"Penyakit pernapasan ini meliputi kasus infeksi saluran napas atas atau ISPA di DKI Jakarta," papar Dr. Agus.

Fakta ini sesuai dengan penelitian di RSUP Persahabatan 2019 terjadinya pertambahan penyakit asma di Jakarta pada usia remaja muda yakni 13 hingga 14 tahun. Ditemukan juga prevalensi asma di kota seperti Jakarta lebih tinggi dibanding desa.

"Jadi pada 2008 di pedesaan jumlah prevalensi asma remaja di desa sekitar 7 persen, sedangkan di Jakarta sebesar 12,2 persen dan salah faktornya penyebab asma yaitu polusi udara," jelas Dr. Agus.

Di acara yang sama, Pakar Kesehatan dari Fakultas kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Frida Soesanti menjelaskan masalah polusi udara harus segera ditangani. Sebab, berdasarkan penelitiannya, kondisi PM 2.5 tahun 2023 melonjak naik sebanyak 12,5 kali dibandingkan beberapa tahun ke belakang sebanyak 8 kali.

Baca Juga: Kemenkes Harap Bahan Baku Obat Bisa Sepenuhnya Diproduksi Dalam Negeri

“Paparan PM 2.5 meningkatkan resiko peningkatan tekanan darah pada bayi. Semakin tinggi paparan polusi, semakin rendah berat badan lahir dan semakin pendek panjang badan lahir bayi, maka bayi berisiko untuk terkena stunting. Bukannya kita jadi generasi emas, malah generasi cemas, we have to do something,” jelas dr. Frida.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI