Bra Kawat Sebabkan Kanker Payudara, Mitos Atau Fakta? Dokter Onkologi Beri Penjelasan

Kamis, 02 November 2023 | 16:35 WIB
Bra Kawat Sebabkan Kanker Payudara, Mitos Atau Fakta? Dokter Onkologi Beri Penjelasan
Ilustrasi bra. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak isu seputar kanker payudara, salah satunya anggapan bra kawat menyebabkan kanker payudara, mitos atau fakta ya?

Konsultan Onkologi Eka Hospital Bekasi, dr. Budi Harapan Siregar, Sp.B (K)Onk dengan tegas membantah anggapan ini dan menyatakan bra kawat menyebabkan kanker payudara hanyalah mitos belaka.

Mitos ini perlu diluruskan, karena banyak perempuan dengan risiko tinggi alami kanker payudara, bisa alami ketakutan dan kekhawatiran berlebihan.

"Penggunaan bra yang ketat mungkin bisa menimbulkan rasa nyeri jika terlalu sering dikenakan, namun hal tersebut tidak dipercaya untuk cukup kuat dalam menyebabkan kanker. Tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk bisa membuktikan jika bra kawat menyebabkan kanker payudara," ujar dr. Budi melalui rilis Eka Hospital Group yang diterima suara.com, Kamis (2/11/2023).

Baca Juga: PAM Jaya Bantu Masyarakat Deteksi Dini Kanker Payudara

Ilustrasi Bra (Pexels/cottonbro)
Ilustrasi Bra (Pexels/cottonbro)

Ia menegaskan, meski ada faktor risiko keturunan yang bisa menambah peluang alami kanker payudara, tapi secara umum semua perempuan yang memiliki payudara rentan terhadap penyakit tersebut. Inilah sebabnya dr. Budi ingatkan pentingnya lakukan periksa payudara sendiri atau SADARI.

"Apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, salah satunya dengan melakukan skrining payudara dengan SADARI atau dengan USG payudara secara berkala," jelasnya.

Adapun beberapa metode dan cara melakukan SADARI yaitu dengan dengan meraba dan mendeteksi adanya benjolan atau tekstur yang tidak normal.

SADARI akan sangat berguna bagi orang dengan faktor risiko kanker payudara, karena pelaksanaan metode ini cukup efektif untuk dilakukan.

"Anda dapat melakukan SADARI pada saat masih menstruasi di hari ke 7 hingga 10 hari setelah hari pertama menstruasi. Metode ini dilakukan dengan meraba area payudara menggunakan telapak tangan untuk mendeteksi secara awal kondisi payudara apakah ada benjolan, perubahan tekstur, hingga warna yang abnormal," papar dr. Budi.

Baca Juga: Dokter Onkologi Ingatkan Stres Bikin Kanker Payudara Makin Ganas, Gimana Mencegahnya?

Selain itu SADARI bisa dilakukan saat mandi, bercermin, atau sebelum tidur. Harapannya dengan melakukan aktivitas ini secara rutin, berkesempatan mendeteksi kanker payudara sejak dini, sehingga dokter dapat menangani lebih cepat dengan penanganan tepat.

Berikut ini beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang terkena kanker payudara:

  • Faktor genetik, seperti memiliki ibu, nenek, atau keluarga dekat dengan riwayat kanker payudara.
  • Umur, semakin tua seseorang maka semakin tinggi juga risiko mereka mengalami kanker payudara.
  • Riwayat pengobatan tertentu seperti pengobatan radioterapi (radiasi) dan pengobatan terapi hormon.
  • Sistem reproduksi, perempuan yang mengalami menstruasi lebih awal atau menopause lebih lama juga diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
  • Berat badan, perempuan yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker payudara. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI