Mengenal Virus Nipah: Cara Penularan, Tingkat Kematian, dan Potensi Menjadi Pandemi

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 20 September 2023 | 17:32 WIB
Mengenal Virus Nipah: Cara Penularan, Tingkat Kematian, dan Potensi Menjadi Pandemi
Virus Nipah (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Negara bagian Kerala di India telah menutup sekolah, kantor, dan transportasi umum di distrik Kozhikode sebagai respons terhadap munculnya kembali virus Nipah yang berpotensi mematikan.

Keputusan pada 13 September ini diambil sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus nipah, yang sejauh ini telah menyebabkan dua kematian dan enam kasus terkonfirmasi.

Tes yang dilakukan di Institut Virologi Nasional di Pune memastikan bahwa kematian seorang pria berusia 49 tahun di Kerala pada tanggal 30 Agustus disebabkan oleh virus Nipah. Korban kedua di negara bagian tersebut, seorang pria berusia 40 tahun, meninggal pada 11 September.

Peristiwa yang terjadi di Indonesia membuat masyarakat Indonesia perlu bersiap dan mengenali tentang virus nipah. Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang virus nipah, mulai dari penyebab, penularan, hingga potensi menimbulkan pandemi. 

Baca Juga: Marc Marquez Isyaratkan akan Umumkan Soal Masa Depannya di MotoGP India, Ada 3 Opsi

Apa itu virus nipah

Virus Nipah (Shutterstock)
Virus Nipah (Shutterstock)

Dikutip dari situs Organisasi Kesehatan Dunia, Virus Nipah (NiV) adalah penyakit yang mengancam dan telah menjadi sorotan dalam dunia kesehatan. Penyakit ini termasuk dalam kategori zoonosis, yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, serta memiliki potensi penularan langsung antar manusia. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai virus Nipah, gejalanya, penularannya, serta upaya pencegahan yang perlu dilakukan.

Virus Nipah pertama kali muncul di tahun 1999, saat terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia. Meskipun tidak ada wabah baru yang dilaporkan di Malaysia sejak tahun 1999, virus ini terus menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, khususnya di Bangladesh dan India, di mana wabah hampir setiap tahun terjadi.

Selain itu, virus ini juga telah ditemukan di reservoir alami yang diketahui, yaitu spesies kelelawar Pteropus, di sejumlah negara termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand. Ini berarti bahwa wilayah lain juga berisiko tertular virus Nipah.

Cara Penularan

Baca Juga: Warga India Lakukan Modus Penipuan Impor Daging Kerbau di Indonesia

Virus Nipah memiliki beberapa cara penularan yang perlu diwaspadai. Selama wabah pertama di Malaysia, sebagian besar penularan pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babi yang sakit atau jaringan tubuh mereka yang terkontaminasi. Kontak tanpa pelindung dengan cairan babi yang tidak terlindungi juga dapat menjadi sumber infeksi.

Mengenal Tentang Virus Nipah (Pexels.com/ @Martin Lopez)
Mengenal Tentang Virus Nipah (Pexels.com/ @Martin Lopez)

Dalam wabah di Bangladesh dan India, penularan virus Nipah terjadi melalui konsumsi buah-buahan atau produk buah-buahan yang terkontaminasi oleh urin atau air liur kelelawar buah yang terinfeksi. Ini menunjukkan betapa pentingnya memastikan kebersihan dan keamanan makanan.

Selain itu, penularan manusia ke manusia juga telah dilaporkan, terutama di antara keluarga dan perawat pasien yang terinfeksi. Virus ini juga bisa menyebar di lingkungan layanan kesehatan, sehingga perlu diambil tindakan pencegahan yang ketat.

Gejala dan Diagnosis

Gejala infeksi virus Nipah sangat bervariasi, mulai dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi saluran pernafasan akut dan ensefalitis yang fatal. Gejala awal termasuk demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah, dan sakit tenggorokan. Gejala ini dapat berkembang menjadi masalah pernafasan parah, termasuk gangguan pernafasan akut, serta ensefalitis akut yang bisa berujung pada koma.

ilsutrasi muntah (freepik)
ilsutrasi muntah (freepik)

Masa inkubasi virus Nipah berkisar antara 4 hingga 14 hari, namun kadang-kadang bisa lebih lama. Tingkat kematian kasus diperkirakan mencapai 40% hingga 75%, yang dapat bervariasi tergantung pada wabah dan manajemen klinis yang ada.

Untuk diagnosis, tes utama yang digunakan adalah reaksi berantai polimerase waktu nyata (RT-PCR) dari cairan tubuh dan deteksi antibodi melalui uji imunosorben terkait enzim (ELISA). Tes lain seperti uji reaksi berantai polimerase (PCR) dan isolasi virus dengan kultur sel juga dapat digunakan.

Pencegahan

Saat ini, belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk mengobati infeksi virus Nipah. Perawatan suportif intensif dianjurkan untuk mengatasi komplikasi pernapasan dan neurologis yang parah.

Pencegahan virus Nipah pada hewan, terutama babi, melibatkan pembersihan dan disinfeksi peternakan secara rutin dan menyeluruh. Karantina kandang hewan yang terinfeksi dan pemusnahan hewan yang terinfeksi mungkin diperlukan untuk mengurangi risiko penularan.

Membangun sistem pengawasan kesehatan hewan dan satwa liar, dengan pendekatan One Health, juga penting untuk mendeteksi kasus Nipah dengan cepat. Ini memungkinkan otoritas kesehatan hewan dan masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan yang efektif.

Dalam menghadapi ancaman virus Nipah, kesadaran masyarakat, kebersihan pribadi, dan pengelolaan keberagaman hayati menjadi faktor penting dalam upaya pencegahan. Selain itu, penelitian lebih lanjut mengenai virus ini dan pengembangan vaksin yang efektif juga perlu menjadi fokus untuk mengatasi virus Nipah yang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia dan hewan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI