“Kasus limfoma Hodgkin banyak ditemukan di usia muda karena sistem imun belum terbentuk secara matang, sehingga mudah mengalami perubahan,” terang dr. Andika.
Namun demikian, usia dewasa akhir lebih dari 55 tahun juga berisiko. Secara biologis, penyakitnya berbeda dengan yang terjadi di usia muda. Ditengarai ada keterlibatan dari berbagai faktor, termasuk histologi selularitas, virus Epstein-Barr, dan lain-lain.
Di sisi lain Head of Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline mengatakan akan mendukung para pasien limfoma dengan program JKN serta program bantuan pasien berupa Takeda BISA dan diusahakan agar dapat pengobatan inovatif.
"Lebih jauh, kami juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat akan berbagai penyakit. Oleh karena itu, kami juga telah memiliki nota kesepahaman dan perjanjian kerjasama dengan kementerian kesehatan yang mencakup peningkatan kesadaran masyarakat akan upaya promotif dan preventif,” ujar Shinta.
Sesangkan Ketua CISC Aryanthi Baramuli Putri, SH., MH berharap semakin banyak akses yang terbuka untuk pasien limfoma hodgkin untuk mendapat tetapai kanker.
“Biaya pengobatan kanker sangatlah besar. Pasien membutuhkan berbagai bantuan yang bisa didapatkan untuk menjalani pengobatan hingga tuntas. Program bantuan pasien akan sangat membantu meringankan beban biaya bagi pasien,” tutur Aryanthi.