Suara.com - Situasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di wilayah Jabodetabek telah mencapai titik yang mengkhawatirkan. Pakar paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), kasus ISPA di Jabodetabek telah tembus 200 ribu per bulan
"Saya imbau gunakan masker saat berpergian. Bagi kelompok rentan yakni lansia & balita sebisa mungkin kurangi aktivitas luar ruangan ya, karena kualitas udara yang masih kurang baik," ujar
Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi terhadap peningkatan kasus ISPA adalah polusi udara yang semakin memburuk.
Hasil riset yang dilakukan oleh Bappenas pada tahun 2022 dan diungkapkan oleh Ketua Komite Penanggulangan Penyakit Pernapasan dan Dampak Polusi Udara, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR, menunjukkan bahwa peningkatan polutan udara memiliki hubungan langsung dengan peningkatan kasus ISPA di Jakarta selama hampir satu dekade.
Baca Juga: Usai Gelar Rapat Bareng Menkes, Komisi IX DPR RI Desak Empat Poin Tangani Masalah Polusi Udara
"Bahwa peningkatan polutan punya kontribusi meningkatnya kasus ISPA di Jakarta selama hampir 10 tahun. Memprihatinkan ya," kata Erlina.
Dikutip dari situs Kementerian Kesehatan, ISPA merupakan penyakit yang sering disebut sebagai salah satu penyakit dari 10 penyakit teratas di negara berkembang pada bayi dan anak kecil, termasuk: Indonesia.
Episode ISPA didefinisikan sebagai insiden ISPA yang dipaksakan setelah diagnosis klinis dengan interval minimal 2 hari gratis gejala penyakit yang sama. Rata-rata setiap tahun anak balita mendapat 3-6 kali episode ISPA (DCPP, 2016 ) dan 4 sampai 6 episode.
Hingga saat ini ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia Hal ini tampak dari hasil Survey Kesehatan Nasional (SURKESNAS) Tahun 2011 yang menunjukkan bahwa proporsi kematian akibat ISPA masih 2896 artinya bahwa dari 100 balita yang meninggal 28 disebabkan oleh penyakit ISPA, dan terutama pada Balita dimana 80926 kasus kematian ISPA adalah akibat Pneumonia.
Hasil Ekstrapolasi data SKRT 2001 menunjukkan bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistem pernafasan adalah 4,9/1000 4 ,9 / balita , yang berarti ada sekitar 5 dari 1000 balitayang meninggal setiap tahun akibat pneumonia Atau berarti ada 140.000 Balita yang meninggal setiap tahunnya akibat Pneumonia, atau rata-rata 1 anak Balita Indonesia meninggal akibat Pneumonia setiap 5 menit Begitu besarnya masalah ISPA, sehingga sering disebut sebagai epidemi.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh! Menkes Ungkap Polusi Udara Jadi Faktor Kematian Terbanyak ke-5 di Indonesia