Algoritma kecerdasan buatan ini dapat membantu dalam mendeteksi nodul paru-paru, lesi, atau pola yang mencurigakan yang dapat mengindikasikan keberadaan kanker paru pada populasi berisiko tinggi.
Executive Director di Indonesian Association for the Study on Thoracic Oncology (IASTO), Prof. Dr. dr. Elisna Syahruddin, Sp.P(K), Ph.D., menjelaskan, proses skrining dengan teknologi ini dapat membantu deteksi awal dan menjadi peluang untuk penyembuhan lebih besar. Dengan begitu, akan banyak nyawa pasien kanker paru yang bisa diselamatkan.
“Skrining LDCT digunakan sebagai alat skrining utama dan sinar-X dada dapat didukung oleh kecerdasan buatan untuk perokok aktif dan perokok pasif berusia 45–75 tahun, dengan riwayat keluarga menderita kanker paru-paru, Ini akan menyelamatkan lebih banyak nyawa dari kanker paru,” pungkas dr. Elisna.