Suara.com - Terapi preventif dan regeneratif melalui stem cell kini semakin berkembang diminati di Indonesia. Terapi sel punca yang didapatkan dari tali pusat bayi yang baru lahir ini bahkan sudah dipakai untuk lebih dari 80 penyakit di seluruh dunia.
Termasuk penyakit langka sindrom Prader Willi yang dialami oleh Sulaiman, putra bungsu artis dan Ustadzah Oki Setiana Dewi. Menurut wanita 34 tahun tersebut, 7 bulan belakangan, putranya tengah diterapi menggunakan stem cell oleh Prof dr Deby Vinski MSc, PhD di Celltch Stem Cell (CSC) Laboratory yang berada di Vinski Tower, Jakarta.
"Sulaiman menderita kelainan genetik sindrom prader-willi sehingga mengalami kelemahan otot dan tidak bisa berjalan,” cerita Oki yang kini menjadi brand ambassador CSC di sela jumpa pers Road to International Health Conference Bali 2023 (IHC BALI 2023) di Jakarta, Rabu (16/7/2023).
Memiliki anak yang mengidap penyakit langka, membuat Oki Setiana Dewi harus banyak belajar, mencari tahu apa yang bisa ia lakukan untuk mendampingi sang putra dengan lebih baik.
Baca Juga: Mengenal Terapi Ortho K untuk Menurunkan Mata Minus
Ia bahkan bepergian keluar negeri untuk mengikuti kongres-kongres internasional bersama para komunitas penyakit tersebut. Hingga satu ketika kaka YouTuber Ria Ricis ini tahu jika penyakit ini bisa diterapi dengan stem cell.
"Sampai akhirnya dari penelusuran saya, saya menemukan stem cell dan ingin melakukannya di negara tetangga. Saya sempat bertemu dengan dr Deby, hanya saja saya kurang tahu kalau sudah bisa melakukannya di sini," kata dia.
"Ketika saya harus mengobati anak saya di luar negeri, tentu pengorbanannya cukup besar. Jadi kenapa saya harus jauh-jauh ke luar negeri," ucapnya lagi.
Singkat cerita, Sulaiman akhirnya diterapi menggunakan stem cell. Kini, tak seperti penderita sindrom Prader Willi lainnya yang masih berjuang untuk berdiri hingga berjalan, sang anak yang kini berusia 2,5 tahun memiliki perkembangan yang signifikan.
"Baru tiga kali terapi selama 7 bulan ini, Alhamdulillah Sulaiman yang kini berusia 2,5 tahun, sudah bisa berjalan, berlari, dan sekolah Paud," ujar Oki Setiana Dewi bersyukur.
Prof Deby bercerita, sudah banyak masyarakat Indonesia yang melakukan terapi stem cell untuk menyembuhkan berbagai penyakit dna menjaga kesehatan.
“Papa saya dulu menderita darah tinggi dan diabetes. Sejak itu saya bertekad mempelajari kedokteran antiaging, salah satunya dengan terapi stem cell dan hormon untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Puji syukur papa saya sembuh dan bisa beraktivitas kembali,” cerita Prof Deby yang kini memimpin Badan Akreditasi Anti-Aging Dunia atau World Council for Preventive, Regenerative and Anti-Aging Medicine (WOCPM) dan World Council of Stem Cell (WOCS).
Bahkan, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta keluarganya, kata Prof Deby, juga melakukan terapi stem cell untuk menjaga kesehatannya.
"Dari awal, Pak Jusuf Kalla sudah menjadi pasien saya untuk diterapi stem cell supaya terjaga kesehatannya,” ungkap Prof Deby.
Gelaran International Health Conference Bali 2023
Karena inilah Prof Deby bertekad untuk terus memperkenalkan keunggulan terapi stem cell di Indonesia, khususnya Vinski Tower. Salah satunya melalui International Health Conference Bali 2023 (IHC BALI 2023) yang akan digelar pada 10-12 November 2023 mendatang di Sanur Convention Centre, Bali.
Ini merupakan kongres dunia pertama yang diadakan oleh Bali Tourism Board bekerjasama dengan Badan Akreditasi Anti-aging Dunia atau yang lebih dikenal dengan World Council for Preventive, Regenerative and Anti-aging Medicine (WOCPM) dan World Council of Stem Cell (WOCS).
'Acara kongres IHC ini diadakan setahun sekali yang merupakan ajang pertemuan berbagai asosiasi kedokteran di seluruh dunia yang terdiri dari dokter, profesor, dan juga komunitas di bidang kedokteran yang bertujuan membentuk paradigma baru untuk kesehatan dunia," pungkas Prof Deby.
Kongres ini didukung oleh Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesa (PDSI) dalam upaya memajukan Indonesia untuk dunia dan merupakan bentuk awal dalam implementasi UU Kesehatan Omnimbuslaw yang baru disahkan, dimana kongres ini mendapatkan sertifikat dengan 12 SKP Kementerian Kesehatan RI dan CME WOCPM & WOCS bagi para peserta yang mengikutinya.