Viral! Isu Caci Maki di Grup WhatsApp Bulliying Dokter di RS Pendidikan, Dekan FKUI Buka Suara

Rabu, 26 Juli 2023 | 08:12 WIB
Viral! Isu Caci Maki di Grup WhatsApp Bulliying Dokter di RS Pendidikan, Dekan FKUI Buka Suara
Ilustrasi dokter. (Pixabay/parentingupstream)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dekan Fakultas Kedokteran dan Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Ari Fahrial Syam menjawab soal isu cacian bullying dokter junior di grup WhatsApp dokter Indonesia. 

Menurut Prof. Ari, sangat disayangkan Menteri Kesehatan Budi mempublikasi isi percakapan yang bahkan dirinya sebagainya dosen tidak mengetahui chat yang ada di grup WhatsApp tersebut.

"Dalam lingkup pertemanan pasti ada saja yang tidak suka apalagi ini di lingkungan jaringan WhatsApp senior dan junior. Saya merasa ini, jika ini dibuka ke publik," ungkap Prof. Ari dalam diskusi IDI, Selasa (25/7/2023).

Ilustrasi Dokter (Freepik/Senivpetro)
Ilustrasi Dokter (Freepik/Senivpetro)

Dekan yang juga Profesor Penyakit Dalam di RS Cipto Mangungkusomo (RSCM) mengakui bahwa dirinya yang ada dalam satu lingkungan pendidikan dengan para dokter junior itu, tidak bisa masuk dalam grup WhatsApp tersebut.

Baca Juga: Parahnya Bullying di Pendidikan Kedokteran, Senior Palak Junior Hingga Ratusan Juta

Menurutnya keberadaan grup WhatsApp berupa Jarkom atau jaringan komunikasi adalah hal yang wajar dan lumrah, ditujukan agar lebih mudah saling berkoordinasi terkait praktik, tugas jaga, atau berbagi informasi seputar kesehatan dan pasien.

"Itu grup antar mereka (dokter muda) berkonunikasi. Tapi kami selalu ingatkan untuk dokter senior harus membimbing junior dengan baik, termasuk bagaimana mereka berkomunikasi dengan baik," jelas Prof. Ari.

Namun adapun bentuk cacian di Grup WhatsApp yang dimaksud Menkes Budi, Prof. Ari menduga memang ada orang yang tersinggung atau nyaman. Atau adanya kesalahpahaman intonasi antara bicara dengan chat.


"Dalam komunikasi sesama kita bisa aja muncul, ada orang tersinggung, yang bersangkutan tidak nyaman, itu bisa terjadi. Saya jika komunikasi dalam chat ada yang tidak nyaman, lalu ketika ditelepon baru diketahui maksudnya dan jadi clear. Ini hal yang seperti ini sesuatu yang harusnya tidak diperbesar," jelas Prof. Ari.


Adapun terkait chat bernada cacian Prof. Ari menduga, itu adalah salah satu percakapan antar teman yang terkadang ada kalimat 'hujatan'. Tapi nikah yang melihat kalimat ini orang lain, mereka bisa jadi tidak mengerti dan terlihat seperti saling menjelekan.

Baca Juga: Ketua Dokter Junior Ngaku Bullying Meningkat, Tapi Minta Kemenkes Jelaskan Definisinya


"Saya sedih aja, hal seperti ini diungkap di publik," pungkas Prof. Ari.


Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin praktik bullying dokter di rumah sakit pendidikan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah mengakar dan berlangsung puluhan tahun di Indonesia, yang umumnya dilakukan dokter senior kepada dokter junior dengan cara melakukan tugas yang tidak berhubungan dengan pendidikan kedokteran yang ditempuhnya.


Bullying ini berupa suruhan atau tugas dari dokter senior kepada juniornya yang bersifat pribadi, dan tidak berhubungan dengan pendidikan kedokteran di rumah sakit tersebut.


"Akhirnya mesti ambilin sendok plastik 200 jam 12 malam karena ada makan-makan di tempat seniornya, kalau enggak nanti di WA grupnya ada yang namanya jarkom. Harus lihat jarkom sebagai prioritas nomor satu," jelas Menkes Budi saat konferensi pers di Kemenkes beberapa waktu lalu.

"Perannya (Grup WhatsApp) lebih bukan untuk mengajar, ya mungkin dipakai ( juga untuk mengajar). Tapi ada juga yang sebagian besar suruh ini itu, suruh cari sendok plastik, siapin foto itu kalau satu menit dua menit tidak dijawab dicaci maki, kok gini aja nggak bisa, kamu mampu nggak sih," lanjut Menkes Budi. 
 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI