Proses Pemasangan Elektroda DBS pada Pasien Parkinson

Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf ini secara singkat memberikan penjelasan terkait proses pemasangan elektroda DBS pada pasien.
Langkah pertama dalam pemasangan elektroda DBS adalah dengan melakukan pemeriksaan MRI, yaitu sebuah prosedur pemindaian tubuh yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran detail dari otak. Hal tersebut membantu dokter untuk menentukan area yang akan diberikan stimulasi.
Prosedur berikutnya adalah memasang frame penyangga kepala. Frame ini akan membantu mengamankan kepala pasien agar dapat dilakukan pemetaan otak yang lebih tepat. Setelah frame dipasang, dokter akan melakukan pemetaan otak.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi yang disebut dengan trajectories yang digunakan untuk menentukan rute yang tepat agar dapat memasukkan elektroda ke otak sehingga dapat melakukan stimulasi.
Dokter akan memasukkan elektroda DBS ke otak melalui lubang kecil pada tengkorak. Elektroda kemudian dipasang melalui sebuah tabung khusus yang memungkinkan dokter untuk memasang elektroda tersebut dengan tepat dan terkendali.
Selanjutnya setelah elektroda dipasang, dokter akan mengaktifkan stimulator. Stimulator ini berperan untuk mengirimkan sinyal elektrik yang melalui elektroda ke otak dan memengaruhi sistem saraf yang mengendalikan gerakan. Dokter akan menentukan frekuensi optimal dan arus listrik yang diperlukan untuk mengendalikan gejala Parkinson.
Ketika prosedur selesai, pasien akan dimasukkan ke ruang pemulihan untuk dipantau oleh dokter dan tim medis. Pasien akan menjalani beberapa sesi pemrograman dan disarankan untuk melakukan beberapa aktivitas fisik saat tangan dan kaki distimulasi oleh DBS.
Selama beberapa hari setelah operasi, pasien akan tetap dalam pengawasan tim medis.
Baca Juga: Selain Anthrax, Berikut Ini 4 Macam Penyakit yang Dapat Menyerang Sapi
Hal ini dilakukan untuk memantau kemajuan pasien serta memeriksa adanya komplikasi yang mungkin muncul. Selain itu, pasien diharuskan untuk menjalani sesi pemrograman ulang ketika dibutuhkan.