Suara.com - Vaksinasi inklusif COVID-19 oleh Kemitraan Australia Indonesia untuk Ketahanan Kesehatan (AIHSP) melalui program ‘Vaccine Access and Health Security Initiatives’ (VAHSI)program vaksinasi bagi kelompok rentantelah memberikan pelajaran bermakna bagi penanganan masalah kesehatan di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, Direktur Jenderal P2P Kementerian Kesehatan dalam acara “Apresiasi dan Pembelajaran Program Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat dan Dukungan Vaksinasi COVID-19 AIHSP” yang digelar, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan apresiasinya kepada AIHSP yang menginisiasi program VAHSIsejak pertengahan 2021 hingga akhir 2023yang turut berkontribusi mendorong Indonesia menjadi salah satu negara dengan pencapaian vaksinasi terbanyak pada saat pandemi COVID-19.
Capaian ini merupakan bukti keberhasilan kolaborasi berbagai pihak untuk vaksinasi inklusif yang menyasar kelompok marjinal, seperti lansia, penyandang disabilitas, keluarga miskin, perempuan kepala keluarga, transgender, orang dengan HIV/AIDS, masyarakat adat, dan lainnya.
“Kelompok dengan risiko tinggi masih sulit untuk dijangkau. Sehingga, kami sangat mengapresiasi bantuan para mitra untuk mendorong keberhasilan capaian vaksinasi inklusif. Program ini memberi pelajaran bermakna yang bisa diterapkan dalam penanganan masalah kesehatan lainnya seperti stunting, TBC, Malaria, dan HIV/AIDS,” ujar Maxi dalam sambutannya.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, John Leigh, Direktur Program AIHSP pun menambahkan bahwa keberhasilan capaian vaksinasi inklusif tersebut juga didukung melalui kegiatan komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat yang dilaksanakan di lima provinsi kerja AIHSP, yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.
“Dalam merespons pandemi COVID-19, upaya yang paling sulit adalah melakukan vaksinasi secara merata karena ada beberapa kelompok yang sulit dijangkau. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, AIHSP melakukan inisiatif ‘Last Mile’ yang dimulai dengan pilot project di dua provinsi yaitu Sulawesi Selatan melalui Universitas Hasanuddin, dan Jawa Tengah melalui Palang Merah Indonesia atau PMI. Kolaborasi ini kemudian diakselerasi dengan kemitraan bersama Save the Children (STC) untuk menjangkau kelompok rentan di lima provinsi kerja AIHSP,” jelas John.
Selama program berjalan, capaian vaksinasi di Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah mengalami peningkatan sebanyak tiga kali lipat lebih cepat dibandingkan provinsi lainnya. Percepatan vaksinasi ini tentunya mendapat dukungan berbagai mitra pelaksana lokal di masing-masing provinsi, yaitu Jalin Foundation (Jawa Tengah), Migrant CARE (Jawa Tengah), Yayasan IDEP Selaras Alam (Bali), PKBI (Daerah Istimewa Yogyakarta), Sulawesi Community Foundation (Sulawesi Selatan), CIS Timor (Nusa Tenggara Timur).
Selain menggandeng kemitraan, AIHSP juga mengembangkan Pedoman Komunikasi Risiko untuk Krisis Kesehatan, dan Pedoman Komunikasi Perubahan Perilaku Pencegahan COVID-19.
Baca Juga: Berapa Biaya Pengobatan Covid-19 Terbaru? Tak Semuanya Ditanggung Pemerintah!
“Program Last Mile menekankan pada penerapan komunikasi risiko, pelibatan masyarakat, dan inklusivitas. Pembelajaran dari program ini dapat diterapkan pada aspek lain di sektor kesehatan seperti stunting, bahkan tidak terbatas pada manusia melainkan juga pada hewan. Program ini mendukung penuh program One Health yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan,” sambungnya.