Angka Penyakit Rabies Meningkat Hingga 234 Kasus, Ahli Duga Pandemi Covid-19 Biang Keroknya

Sabtu, 03 Juni 2023 | 15:11 WIB
Angka Penyakit Rabies Meningkat Hingga 234 Kasus, Ahli Duga Pandemi Covid-19 Biang Keroknya
Ilustrasi anjing menderita rabies (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masalah penyakit rabies hingga kini masih menjadi perhatian. Pasalnya, pada 2023 ini jumlah kasus rabies di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan data iSIKHNAS, jumlah kasus rabies di Indonesia pada 2023 sudah mencapai 234 kasus.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Dr Imran Pambudi, MPHM mengatakan, setelah diskusi dengan berbagai kementerian, naiknya kasus rabies ini ada kemungkinan berhubungan dengan pandemi Covid-19.

Dr Imran menjelaskan, hal ini bisa terjadi karena pada saat pandemi Covid-19, aktivitas mulai menurun, termasuk vaksinasi pada hewan. Sebab hal itu membuat para hewan terinfeksi virus yang tidak disadari.

“Koordinasi dengan Kementan, KLHK, Kemenko PMK, tingginya rabies kemungkinan ada hubungannya dengan pandemi Covid-19. Jadi pada 2019, 2020, 2021 itu kan zaman Covid itu semua kegiatan berhenti, termasuk vaksinasi terhadap hewan,” ucap Dr Imran dalam konferensi pers Update Situasi Rabies di Indonesia, Jumat (2/6/2023).

Baca Juga: CEK FAKTA: Vaksin COVID-19 Meluncur, Malahan Terjadi Lonjakan Pengidap HIV/AIDS di Kalangan Militer Amerika Serikat?

Ilustrasi anjing Rabies ((shutterstock))
Ilustrasi anjing Rabies ((shutterstock))

Sementara, di 2022 kasus mulai meningkat karena masyarakat sudah melakukan aktivitas kembali. Namun, di sisi lainnya, hewan-hewan belum vaksinasi sehingga ketika menggigit berisiko sebabkan rabies pada manusia.

“Pada 2022 karena mulai ada aktivitas-aktivitas, pelonggaran-pelonggaran. Tapi karena aktivitas vaksin menurut maka terjadi lonjakan yang luar biasa pada 2022,” jelas Dr Imran

Sebanyak 95 persen kasus rabies di Indonesia disebabkan oleh anjing. Saat ini juga tercatat 25 provinsi di Indonesia menjadi endemis rabies. Sementara 8 provinsi dinyatakan bebas rabies. Untuk 8 provinsi yang dinyatakan bebas rabies sejauh ini ada Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.

“95 persen kasus rabies itu didapat lewat gigitan anjing, sementara lainnya dari hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus seperti rubah, rakun, kelelawar dan lain-lain. Untuk kasus ada 25 provinsi jadi endemis rabies, dan hanya 8 yang bebas penyakit rabies,” ucapnya.

Sebab tingginya angka rabies tersebut, Dr Imran berharap ada kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit satu ini. Penting juga untuk memahami berbagai gejala dari penyakit rabies.

Baca Juga: Program Penghijauan Usai Pandemi, LindungiHutan Tanam 450 Ribu Pohon di 42 Lokasi

Gejala rabies pada manusia

Pada manusia, biasanya gejala rabies akan timbul setelah adanya gigitan dari anjing atau hewan lainnya. Pada tahap awal, gejala yang muncul biasanya demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga nyeri tubuh.

Sementara itu, jika kondisi rabies sudah cukup parah biasanya seseorang akan menimbulkan berbagai gejala lainnya seperti kesemutan atau panas di lokasi gigitan, cemas, fobia terhadap air, udara, hingga cahaya sebelum nantinya meninggal dunia.

Gejala rabies pada hewan

Gejala rabies yang muncul juga bisa dilihat tidak hanya pada manusia, tetapi juga hewan. Biasanya, hewan yang terinfeksi virus rabies akan menimbulkan berbagai gejala di antaranya.

  • Hewan menjadi ganas dan tidak menurut sama pemiliknya.
  • Hewan alami lumpuh, sulit menelan, mulut terbuka, hingga air liur yang berlebih.
  • Sering bersembunyi di tempat gelap.
  • Ekor dilengkungkan ke bawa di antara kedua paha.
  • Kejang-kejang serta kematian.
  • Pada beberapa kasus, hewan tidak menunjukkan gejala hingga akhirnya mati sendiri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI