Suara.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia. Kabar baiknya, vaksin dengue sebenarnya sudah tersedia.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik, Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan saat ini ada 4 tipe virus dengue penyebab sakit DBD di seluruh dunia.
Virus dengue adalah virus yang dibawa nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus, ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk. Seseorang yang terinfeksi akan mengalami demam, ruam, nyeri otot dan sendi.
"Saat ini ada 2 vaksin DBD yang bisa digunakan untuk mencegah sakit parah akibat virus dengue di Indonesia," ujar Siti Nadia dalam acara diskusi Demam Berdarah di Sekitar Kita: Ayo #3MPlusVaksin di Karet Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (31/5/2023).
Baca Juga: Kemenkes Ingatkan Cuaca Panas Bikin Nyamuk Makin Agresif, Waspada DBD Hingga Malaria!
Vaksin DBD pertama yakni dengvaxia yang lebih dulu mendapat izin edar, lalu vaksin DBD kedua yakni Qdenga disetujui BPOM pada 19 Agustus 2022 yang terdaftar atas nama PT. Takeda Indonesia, dan diproduksi IDT Biologika GmbH Germany.
Keunggulan dari vaksin ini yaitu berisi 4 strain virus dengue yang paling banyak menyebabkan sakit DBD.
Dari hasil riset Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), efektifitas vaksin DBD Qdenga ini 95,4 persen mampu mencegah perawatan di rumah sakit, sehingga bila terinfeksi tidak bergejala berat.
Hal ini dibenarkan Ketua UKK Infeksi & Penyakit Tropis, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr.dr.Anggraini Alam,Sp.A(K) bahwa vaksin DBD ini sudah mulai bisa diberikan kepada anak usia 6 tahun hingga orang dewasa 45 tahun.
"Vaksin DBD dari Takeda ini diberikan 2 kali, dosis pertama diberikan pada hari ke-0 selanjutnya diberikan 3 bulan berikutnya," ungkap dr. Anggraini.
Baca Juga: CEK FAKTA: Ternyata Vaksin Moderna Sudah Diproduksi Sebelum Pandemi COVID-19?
"Setelah pemberian vaksinasi dua kali, sudah ada penelitiannya setahun setengah lebih dari 90 persen tidak rawat inap. Sedangkan 4,5 tahun kemudian setelah 2 kali divaksin, 88 persen kemungkinan seseorang tidak rawat inap karena dengue," sambung dr. Anggraini.
Adapun dari segi harga General Manager Takeda, Andreas Gutknecht mengatakan pemasaran harga vaksin DBD berbeda di setiap negara, bergantung pada daya beli masyarakatnya.
"Jadi harga eceran tertinggi (HET) di Indonesia yang tertera pada box Rp 567 ribu per dosis vaksin DBD. Tapi harga ini belum dihitung biaya administrasi dan jasa untuk dokter. Inilah sebabnya Takeda terus kampanye perusahaan dan institusi supaya lebih banyak lagi masyarakat bisa akses vaksin, dan berharap dijadikan program imunisasi nasional," tutup Andreas.