Suara.com - Berbagai invoasi dilakukan untuk mengurangi penderita penderita fibrilasi atrium atau gangguan irama jantung (aritmia). Seperti diketahui, berdasarkan data Perkumpulan Kardiologi Indonesia tahun 2019, penderita aritmia di dunia tercatat sebanyak lebih dari 37 juta kasus atau sebesar 0,51% dari total populasi dunia.
Jumlah penderita aritmia secara global juga tercatat meningkat sebesar 33% selama 20 tahun terakhir. Sementara itu dari data penelitian Multinational Monitoring of Trend and Determinant in Cardiovascular Disease tahun 2021, ditemukan bahwa dalam populasi urban di Jakarta tercatat angka kejadian fibrilasi atrium sebesar 0,2% dengan rasio 3:2 untuk laki-laki dan perempuan.
Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan persentase populasi usia lanjut di Indonesia dari 8% di tahun 2005 hingga di estimasi sebanyak 29% di tahun 2050. Situasi ini yang membuat RS Siloam TB Simatupang memperkenalkan metode cryoablation untuk melengkapi pelayanan kesehatan di bidang kardiologi.
Cryoablation melengkapi layanan jantung yang sudah ada di RS Siloam TB Simatupang mulai dari kateterisasi, ring atau stent jantung, open heart surgery, TEVAR/EVAR, Aortic Valve Repair, pemasangan pacemaker, ablasi 2D & 3D, yang semuanya dapat dikerjakan baik pada pasien dewasa maupun anak-anak.
Baca Juga: Sepulang Mengantar Anak ke Pesantren, Warga Pejagoan Kebumen Meninggal di Teras Bengkel
‘Cryoablation merupakan metode terobosan terbaru untuk merawat pasien dengan gangguan irama jantung. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan yang sama atau bahkan lebih tinggi daripada metode radioterapi, dan dengan resiko yang lebih rendah,’ ujar Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SP.JP (K), FIHA, FAsCC, FEHRA, selaku Chairman of The Arrhythmia Center di RS Siloam TB Simatupang dalam keterangannya baru-baru ini.
Ia menjelaskan, pengenalan metode ini juga merupakan wujud komitmen kami untuk terus melengkapi pilihan layanan kesehatan, terutama di bidang kardiologi.
Seperti diketahui, ciri-ciri umum aritmia adalah detak jantung yang terasa lebih cepat atau tidak beraturan, sesak napas dan mudah lelah.
Gangguan pada irama jantung juga berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular yang dapat terjadi seiring bertambahnya usia seperti gagal jantung dan jantung koroner, serta dapat juga disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit sindrom metabolik seperti diabetes mellitus, obesitas, penyakit ginjal kronis, maupun faktor gaya hidup lainnya.
Baca Juga: Catat ! Serupa tapi Tak Sama, Perbedaan Trigliserida dan Kolesterol