Suara.com - Kementerian Kesehataan (Kemenkes) mengatakan 35 ribu bayi berisiko tertular virus hepatitis B atau HBV lewat aliran darah ibu hamil yang terinfeksi.
Hepatitis B atau penyakit peradangan hati atau liver terkandung dalam darah atau cairan tubuh penderita, seperti sperma dan cairan vagina. Virus hepatitis B dapat menular melalui hubungan seksual, baik secara vaginal, anal, maupun oral.
Juru Bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril mengatakan penularan langsung hepatitis B dari ibu ke anak mendominasi total penularan pada 35.757 bayi di 2022.
“Penularan Hepatitis B dari secara vertikal Ibu ke anak menyumbang sebesar 90-95% dari seluruh sumber penularan lainnya” ujar dr. Syahril melalui keterangan yang diterima suara.com, Kamis (19/5/2023).
Baca Juga: Tinggi Folat! 4 Manfaat Kacang Almond untuk Ibu Hamil yang Jarang Diketahui
Kondisi ini menurut dr. Syahril memprihatinkan, meskipun dari puluhan ribu bayi lahir dari ibu positif hepatitis B sebagian besar sudah mendapatkan imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam setelah dilahirkan.
"Namun masih didapati 135 bayi positif Hepatitis B pada usia 9 hingga 12 bulan," papar dr. Syahril.
Vaksin hepatitis B atau Hb0 hingga 3 dosis dengan periode tertentu diberikan pada bayi setelah dilahirkan akan menurunkan prevalensi sakithepatitis B. Tapi imunisasi ini tidak lantas menghilangkan risiko kerusakan hati seperti sirosis dan hepatoma yang belum ditemukan obatnya.
"Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan untuk menjadi kronis dan sirosis hingga 80%. Dan sayangnya belum ada pengobatan yang efektif. Sehingga penting untuk memutus alur penularan," lanjut dr, Syahril.
Mirisnya, Kemenkes juga menemukan 50.744 ibu hamil positif hepatitis B pada tahun 2022. Sehingga untuk memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis harus dilakukan dengan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80% ibu hamil.
Baca Juga: Wajib Catat! Ini 4 Manfaat Kacang Mete untuk Ibu Hamil yang Harus Diketahui
Kegiatan ini disebut dengan Triple Eliminasi, yang ditujukan untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.
Pemberian imunisasi Hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mencegah anak jatuh sakit. Termasuk pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.
Selain itu perlu juga dilakukan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi.
Selain itu deteksi dini juga harus dilakukan untuk kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL, Riwayat transfusi, riwayat tato, tindik dan penggunaan alat medis tidak steril untuk memutus penularan.
Terakhir dr. Syahril juga mengimbau masyarakat Indonesia untuk menghindari praktek seks berisiko, apabila penularan hepatitis bisa terjadi melalui cairan tubuh termasuk air mani dan air liur.
"Contohnya melakukan ciuman sampai terjadi perlukaan dapat menularkan virus hepatitis, dan jangan lupa untuk menggunakan pengaman agar menghindari hal-hal yang dapat berisiko penularan untuk kesehatan dan pertumbuhan anak," tutup dr. Syahril.