Apa Itu Sifilis? Simak Gejala, Jenis dan Penularan Penyakit Seksual

Rifan Aditya Suara.Com
Minggu, 14 Mei 2023 | 09:25 WIB
Apa Itu Sifilis? Simak Gejala, Jenis dan Penularan Penyakit Seksual
Ilustrasi apa itu sifilis. (Pexels/shvets-production)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kasus penyakit sifilis di Indonesia dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 6 tahun, yaitu mulai 2016 hingga 2022. Lantas apa itu sifilis dan bagaimana gejalanya? Yuk simak informasinya di bawah ini.

Merangkum mayoclinic.org, sifilis adalah infeksi bakteri yang disebarkan melalui kontak seksual. Penyakit ini diawali dengan luka yang tidak nyeri – biasanya pada alat kelamin, rektum atau mulut. 

Sifilis menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan luka tersebut. Sifilis dini dapat disembuhkan dengan satu suntikan penisilin.

Bakteri sifilis bisa tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali. Tanpa pengobatan, sifilis bisa merusak jantung, otak atau organ lain. Sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang belum lahir.

Baca Juga: Bahaya Berhubungan Seks Lewat Anus: HIV, Sifilis, Gonore, Herpes, Klamidia

Apa Itu Sifilis

Sifilis berkembang secara bertahap dengan gejala bervariasi. Setiap tahapannya kadang tumpang tindih dan gejalanya tak selalu terjadi dalam urutan yang sama. 

Orang mungkin terinfeksi sifilis tanpa menyadari gejala apa pun selama bertahun-tahun. Berikut ini jenis-jenis penyakit sifilis berdasarkan tahapannya.

1. Sifilis Primer

Tanda pertama sifilis adalah luka kecil yang disebut chancre dan menjadi tempat bakteri masuk ke tubuh. Luka ini akan sembuh sendiri dalam waktu tiga sampai enam minggu.

Baca Juga: Hati-Hati Laki-Laki Juga Bisa Keputihan, Tanda ada Masalah Kesehatan Ini Kata dr Boyke

Kebanyakan orang hanya memiliki satu chancre di tahap ini tapi yang lain bisa mengembangkan lebih banyak.

Chancre biasanya berkembang sekitar tiga minggu setelah paparan dan banyak orang tak menyadarinya karena tidak sakit atau mungkin tersembunyi di dalam vagina atau rektum. 

2. Sifilis Sekunder

Beberapa minggu setelah chancre sembuh, penderita akan mengalami ruam. Dimulai dari batang tubuh hingga akhirnya menutupi seluruh tubuh - bahkan telapak tangan dan telapak kaki.

Ruam ini biasanya tidak gatal dan kadang disertai kutil di mulut atau area genital. Beberapa mengalami kerontokan rambut, nyeri otot, demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan kelenjar getah bening. 

Gejala sifilis ini bisa hilang dalam beberapa minggu atau berulang kali datang dan pergi selama setahun.

3. Sifilis Laten

Jika tidak diobati, penyakit berpindah dari tahap sekunder ke tahap tersembunyi (laten), bahkan ketika tidak memiliki gejala. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Tanda dan gejala mungkin tidak pernah kembali, atau penyakit dapat berlanjut ke tahap ketiga (tersier).

4. Sifilis Tersier

Sekitar 15% hingga 30% orang terinfeksi sifilis yang tidak mendapat pengobatan akan mengalami komplikasi sifilis tersier. Masalah ini terjadi bertahun-tahun setelah infeksi awal yang tidak diobati.

Pada stadium akhir, penyakit ini dapat merusak otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan persendian. 

5. Neurosifilis

Pada tahap apa pun, sifilis dapat menyebar dan antara lain, menyebabkan kerusakan pada otak dan sistem saraf serta mata.

6. Sifilis Bawaan

Bayi yang lahir dari wanita yang menderita sifilis dapat terinfeksi melalui plasenta atau selama kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir dengan sifilis kongenital tidak menunjukkan gejala, meskipun beberapa mengalami ruam di telapak tangan dan telapak kaki.

Tanda dan gejala selanjutnya mungkin termasuk ketulian, kelainan bentuk gigi dan hidung - di mana jembatan hidung jatuh.

Bayi yang lahir dengan sifilis juga bisa lahir terlalu dini, bisa meninggal dalam kandungan sebelum lahir atau bisa meninggal setelah lahir.

Itulah penjelasan tentang apa itu sifilis. Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa membantu kalian untuk mencegah penyebaran penyakit ini agar tak semakin meluas.

Kontributor : Rima Suliastini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI