Suara.com - Pandemi Covid-19 sudah mereda, tapi banyak balita yang belum dapat imuniasasi lengkap bahkan jadwal vaksin terlewat. Inilah sebabnya Kementerian Kesehatan gencar lakukan imunisasi kejar, gimana ya caranya?
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) mengatakan pandemi Covid-19 membuat capaian imunisasi balita menurun, sehingga berpotensi memicu wabah PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) di berbagai daerah.
Salah satu PD3I yaitu campak, rubella, pertusis, difteri, campak, tetanus hingga polio. Sehingga kasus dan wabah polio seharusnya bisa dicegah jika orangtua rutin membawa anaknya mendapat imunisasi balita.
"Dengan semakin lengkap imunisasi yang diberikan pada anak, maka semakin baik pula perlindungan kesehatan anak dan tentunya juga akan berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan," ujar Prof. Hartono dalam acara diskusi GlaxoSmithKline (GSK) memperingati Pekan Imunisasi Dunia 2023 di Jakarta Pusat, Senin (8/5/2023).
Baca Juga: Jelang Mudik Lebaran, Bandara Lombok Sediakan Booster Covid-19 Gratis dan Posko Terpadu
Profesor yang berpraktik di RSCM Jakarta Pusat itu menambahkan, mematuhi jadwal imunisasi anak juga penting karena jika terlambat bisa membuat efek samping atau KIPI yang lebih berat. Bahkan jika sama sekali tidak diimunisasi, anak bisa sakit berat saat terinfeksi salah satu PD3I.
"Seperti sakit berat atau terlupa, disarankan untuk melakukan imunisasi kejar (catch-up immunization) agar anak dapat memperoleh imunisasi lengkap," papar Prof. Hartono.
Adapun imunisasi kejar dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian beberapa jenis vaksin lainnya atau imunisasi rutin. Artinya, anak bisa mendapat suntikan vaksin lebih dari 1 kali dalam satu waktu.
Misalnya dengan pemberian Vaksin Hexavalen yaitu kombinasi vaksin DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis), Hib (Haemophilus influenzae tipe b), Hepatitis B dan Polio.
"Maka dari itu, masyarakat harus betul-betul memahami bahwa hanya dengan Imunisasi Rutin Lengkap (IRL) anak-anak Indonesia terlindungi secara optimal dari PD3I, sehinga dapat tumbuh jadi generasi emas di masa mendatang," tutup Prof. Hartono.
Baca Juga: Satgas Covid-19 Catat 68 Juta Orang di Indonesia Sudah diberikan Vaksin Booster I
Di acara tempat yang sama selaku industri farmasi yang mengembangkan dan menciptakan vaksin, President Director & General Manager GSK Indonesia, Manishkumar Munot mengatakan imunisasi balita adalah salah satu pencegahan terbaik agar anak tidak sakit dengan gejala berat.
Apalagi anak yang aktif membuatnya bisa bertemu dan bersosialisasi dengan banyak orang sehingga kemampuan literasinya meningkat, tapi efeknya ia mudah tertular virus, bakteri hingga jatuh sakit.
“Kita semua harus mendukung pencegahan penyakit sehingga masyarakat pada umumnya dapat hidup lebih, mengurangi biaya pengobatan, dan dapat memperkuat perekonomian dalam negeri. Inilah cara kami bersama-sama mengatasi penyakit menular," timpal Manishkumar.