Suara.com - Selama kehamilan, sangat penting untuk rutin melakukan USG agar mengetahui dengan baik pertumbuhan dan perkembangan janin. Salah satunya adalah soal acephalous.
Orang tua mungkin merasa sangat asing dengan istilah ini. Berdasarkan pemaparan dr. Wiku Andonotopo, SpOG-K Subsp K-Fetomaternal melalui unggahan di akun pribadi TikTok-nya menjelaskan, acephalous adalah kondisi janin yang berkembang tidak sempurna dan menimbulkan kecatatan di mana kepala dan tubuh bayi tidak menyatu.
“Ini adalah kasus acephalous di mana kita tidak menemukan adanya kelanjutan dari leher ke arah kepala. Dalam arti bayi ini sejak dalam kandungan memiliki cacat bawaan berat tanpa terbentuk leher mau pun kepala,” jelas dr. Wiku, seperti dikutip pada Sabtu,(15/4/2023).
Sederhananya, acephalous merupakan kasus janin tanpa kepala yang kemungkinan disebabkan oleh proses amniotic band sejak embrio. Sehingga meskipun janin ini hidup kepala dan lehernya telah terputus sejak embrio.
Baca Juga: CEK FAKTA: Kekasih Devano Danendra Hamil, Iis Dahlia Marah hingga Sumpahi Janin dari Sang Anak?
“Janin ini masih bergerak karena fungsi dari vertebra saraf pada vertebra spinal masih berfungsi. Namun tidak ada fungsi saraf pusat yang memerintahkan pergerakkan bayi. Sehingga pergerakannya seperti robot karena saraf kaku,” ujarnya menambahkan.
Kondisi acephalous masih memungkinkan janin memiliki detak jantung karena bersifat otonom sehingga masih bisa berdetak secara normal.
Kasus acephalous disebutkan dr. Wiku sebagai kasus yang belum pernah dipublikasikan di dunia, tetapi ia secara terbuka berani untuk mengungkapkan bahwa ada satu kasus acephalous yang terjadi di salah satu rumah sakit di Tangerang bersama timnya.
“Kasus yang dimungkinkan berupa kelainan acephalous akibat kasus amniotic band syndrome sejak awal. Janin ini pada minggu-minggu awal hamilnya, selaput ketubannya membelit leher kemungkinan maka bagian kepala dan leher ini terpisah dari tubuh dan rusak sejak awal.”
Meski begitu, dr. Wiku mengatakan bahwa janin tersebut masih sempat bernafas sampai ia dilahirkan secara sesar. Tetapi hanya bertahan selama dua jam.
Baca Juga: Penelitian Ungkap Virus Covid-19 Dapat Melewati Plasenta dan Merusak Otak Janin
Warganet yang menyimak pemaparan dari dr. Wiku pun berkaca soal pentingnya melakukan USG secara rutin selama kehamilan.
“Pentinnya rajin kontrol waktu hamil. Dulu orang mengira kalau USG hanya untuk mengetahui jenis kelamin bayi, ternyata Allahu Akbar,” tulis komentar salah satu pengguna.
Sebagaimana yang dilansir dari laman Rumah Sakit Hermina, manfaat pemeriksaan USG saat hamil memiliki tujuan yang berbeda sesuai dengan kondisi dan usia kehamilan.
1. Trimester pertama kehamilan (kurang dari 12 minggu)
- Mengonfirmasi kehamilan
- Periksa detak jantung janin
- Menentukan usia kehamilan dan estimasi waktu lahir
- Memeriksan kondisi ovarium, plasenta, uterus dan serviks
- Identifikasi kelainan pada janin
- Diagnonis risiko hamil berkembang di luar rahim
- Mencari tahu kehamilan tunggal atau kembar
2. Trimester kedua (12-24 minggu) dan trimester ketiga (24-40 minggu kehamilan)
- Mengukur puncak rahim
- Identifikasi jenis kelamin
- Memantau perkembangan dan posisi janin
- Memantau kadar cairan ketuban dan memastikan oksigen pada janin tercukupi
- Mengidentifikasi adanya kelainan genetik dan kongenital.
- Mengidentifikasi adanya kelainan pada plasenta
Shilvia Restu Dwicahyani